Jual Soju & Cap Tikus, Jobubu (BEER) Layak Beli?

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar modal RI bakal kedatangan emiten baru yang bergerak di industri makanan dan minuman. Produsen minuman beralkohol merek Cap Tikus, Jobubu Jarum Minahasa (BEER) akan resmi melantai pada perdagangan terakhir pekan ini (6/1).

Read More

Dalam upayanya melakukan ekspansi bisnis melawan hegemoni Multi Bintang Indonesia (MLBI) dan Delta Djakarta Tbk (DLTA), perusahaan berencana melepas 800 juta (20%) saham baru yang dihargai Rp 220 untuk setiap unit. Total penggalangan dana mencapai Rp 176 miliar dengan valuasi awal di bursa Rp 880 miliar.

Dengan masuknya BEER ke pasar saham, maka perusahaan milik Nico Lieke yang merupakan alumnus Wharton akan bersaing langsung dengan DLTA – produsen bir Anker – dan MLBI – produsen bir Bintang – yang masing-masing memiliki merek minuman yang laris dan familiar di telinga masyarakat Indonesia.

Kinerja keuangan

Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, Jobubu mencatatkan kinerja laba Rp 11,06 miliar, naik 60% dalam setahun (yoy). Sementara itu penjualan bersiih perusahaan tercatat sebesar Rp 37,08 miliar, meningkat 68% dalam setahun.

Angka tersebut relatif kerdil dibandingkan dengan para kompetitor. Pada periode yang sama, pendapatan dan laba bersih DLTA tercatat masing-masing Rp 587,57 miliar dan Rp 181,76 miliar. Sementara itu pendapatan dan laba MLBI mencapai Rp 2,12 triliun dan Rp 606,62 miliar.

Meski demikian, rasio laba bersih usaha (NPM) ketiga emiten tersebut berada di kisaran yang sama yakni 28% hingga 32% pendapatan bersih.

Perusahaan tercatat memiliki total aset Rp 61,27 miliar, dengan nyaris 90% merupakan bagian dari aset lancar. Perusahaan memiliki liabilitas Rp 15,19 miliar, dengan 88% adalah bagian dari jangka pendek. Ekuitas perusahaan akhir September lalu berada di angka Rp 46,08 miliar.

Rasio utang terhadap ekuitas (DER) berada di angka 33%, yang berarti perusahaan memiliki kemampuan yang baik untuk membayarkan utang. Selain itu perusahaan juga dapat secara mudah membayarkan utangnya menggunakan dengan kilat karena memiliki aset lancar yang cukup signifikan.

Prospek Bisnis

Selain Cap Tikus yang memiliki kandungan alkohol 43-45%, perusahaan juga menjual produk lain yang menyasar segmen pasar berbeda. Produk yang ditawarkan tersebut termasuk minuman jenis soju dengan merek Daebak. Visibilitas dan popularitas minol asal Korea tersebut melonjak bersamaan dengan tsunami budaya korea (K-Wave) lewat dunia hiburan. Perusahaan juga menjual vasian minuman ringan beralkohol.

Perusahaan memiliki lisensi produksi minuman beralkohol sebanyak 90 juta liter dengan platform penjualan sebanyak 20.000 outet yang tersebar di 23 provinsi.

Meski lebih dikenal lewat cap tikus, pemasukan terbesar perusahaan berasal dari unit bisnis penjualan soju. Sementara dari sisi geografis, setengah dari pendapatan perusahaan berasal dari pulau Jawa.

Perusahaan menyebutkan kompetitor utama saat ini termasuk PT Orang Tua, produk impor Jinro Soju dari Korea Selatan dan Jappy Soju.

Valuasi Saham

Dari segi valuasi, saham BEER dapat dikatakan relatif mahal, dibandingkan dengan kompetitor utama di bursa.

Rasio harga saham dibandingkan dengan laba per saham (PER) SUNI sekitar 64 kali, lebih mahal dari yang dicatatkan DELTA (12x) dan MLBI (23x).

Lalu menggunakan metrik populer lainnya, harga saham BEER dibandingkan dengan nilai buku perseroan (PBV) pasca perolehan dana IPO berada di angka 3,96 kali, sedikit lebih mahal dari DLTA (3,17x) dan jauh lebih murah dari MLBI (22,20 x).

Pada perdagangan Jumat (6/1), BEER memulai perdagangan dengan kapitalisasi pasar Rp 880 miliar. Dengan kepemilikan tidak langsung 78,39% di saham tersebut, Harta kekayaan Nico Lieke dari saham BEER mencapai Rp 689,88 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


23 Calon Emiten Antre IPO di BEI, Siap Cari Modal Rp 9,5 T

(fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts