Juragan Kripto Lagi Happy, Harga Bitcoin Cs Ngacir

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar kripto terus menunjukkan kinerja cemerlang sejalan dengan berkurangya tekanan di pasar keuangan global. Mata uang kripto dengan kapitalisasi besar mampu menguat secara tajam dibandingkan November atau Desember, termasuk Bitcoin, Ethereum, dan Tether.

Read More

Melansir data dari Coin Market Cap pada pukul 11:32 WIB, Bitcoin melonjak 10,9% dalam sehari dan 23,45% sepekan ke posisi US$ 20.919,6/koin atau setara dengan Rp 316,72 juta/koin.

Asumsi kurs yang digunakan adalah posisi rupiah pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu di mana US$1 setara dengan Rp 15.140.

Harga Bitcoin akhirnya kembali ke atas US$ 20.000 per koin untuk pertama kalinya sejak awal November. Bitcoin sudah melesat 20% dari awal tahun.

Kripto dengan kapitalisasi market terbesar terbesar hanya mampu bergerak di kisaran US$ 16.000-17.000 per koin dari awal November hingga pertengahan Desember 2022. Ethereum juga melonjak 9,76% sehari dan 22,62% sepekan ke posisi US$ 1.552,11/koin atau Rp 23,49 juta/koin.


Tether juga menguat 0,02% ke US$ atau Rp 15.5140/koin pada hari ini. Dari 10 pemilik market cap terbesar di pasar Kripto hanya Binance yang melemah pada hari ini.

Kendati sudah menguat, analis dari OANDA, Craig Erlam mengatakan harga Bitcoin masih jauh di bawah harga tertingginya yang menembus US$ 65.000 pada November 2021.

“Harga US$ 20.000 jelas masih sangat rendah. Namun, ada potensi kebangkitan harga yang sudah terlihat saat ini,” tutur Erlam, dikutip dari Coindesk.com.
“Melandainya inflasi memberikan suntikan optimisme di pasar kripto,” imbuh Erlam.



Analis DataTrek Research, Nicholas Colas, mengatakan sejumlah sentimen positif menopang pergerakan pasar kripto mulai dari pembukaan perbatasan China hingga ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).

“Tidak ada yang bisa menjamin jika 2023 akan menjadi tahun yang lebih baik bagi aset berisiko tetapi setidaknya tahun ini akan menjadi lebih normal daripada 2022,” ujar Colas.

Seperti diketahui, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi AS melandai ke 6,5% (year on year/yoy) pada Desember 2022 dari 7,1% (yoy) pada November 2022. Inflasi tersebut adalah yang terendah sejak Oktober 2021.

Secara bulanan (month to month/mtm), AS bahkan mencatatkan deflasi 0,1% pada Desember. Deflasi ini adalah yang pertama kalinya terjadi sejak Mei 2020.

Melandainya inflasi ini tentu saja menjadi kabar positif bagi pelaku pasar emas. Dengan inflasi yang terus melandai, The Fed bisa semakin melonggarkan kebijakan moneter mereka.

Ekspektasi tersebut membuat bursa AS menghijau dan ini berdampak positif pasar kripto.

Pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (13/1/2023), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,33%. Indeks S&P 500 naik 0,4% dan indeks Nasdaq melonjak 0,71%. Pekan ini, S&P 500 menguat 2,67%, Dow Jones naik 2% sementara Nasdaq melonjak 4,82%.

Kinerja kripto sejak awal tahun berbanding terbalik dengan pertengahan hingga akhir tahun 2022. Pada periode tersebut, pasar kripto hancur karena dihajar skandal demi skandal, seperti kasus Terra Luna.

Setelah kejatuhan Luna, muncul kasus Celsius Network dan Three Arrows Capital (3AC). Kasus ini terjadi pada pertengahan tahun ini, tepatnya Juni-Juli 2022. Pada awal hingga pertengahan November 2022, menjadi awal mula terjadinya krisis FTX dan memicu ‘longsor’ untuk ketiga kalinya di pasar kripto.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Harga Bitcoin Jatuh ke Level Terendah! Ini Biang Keroknya


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts