penyebabsakit.com

Kaburnya Asing Mulai Bikin Was-was, RI Harus Lakukan Ini!

Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) sudah menaikkan suku bunga menjadi 5,25%. Namun, tingkat suku bunga saat ini dinilai belum ampuh untuk membuat dana asing bertahan di dalam negeri.

Kepala Ekonomi dan Strategi di Citi Global Market Asia Johanna Chua menjelaskan, meskipun ekonomi Indonesia saat ini cukup solid untuk menyerap kejutan kenaikan suku bunga BI, namun kondisi ekonomi global juga tidak bisa diabaikan begitu saja.

Suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed saat ini berada pada level 3,75% sampai 4%, namun ke depan diperkirakan, suku bunga The Fed masih akan naik hingga 5% ke depan.

Sehingga spread atau perbandingan suku bunga BI dan The Fed yang hanya 125 basis poin, menurut Johanna tidak cukup menarik untuk membuat investor bertahan di tanah air.

“Saya pikir di masa lalu, Indonesia memiliki perbedaan suku bunga yang tinggi dengan AS. Dulu saat Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan dan AS memiliki suku bunga yang sangat tinggi, spreadnya sekira 300 basis point,” jelas Johanna saat ditemui di Plataran Senayan, Jakarta, Kamis (18/11/2022).

Oleh sebab itu, menurut Johanna meskipun nantinya kenaikan suku bunga The Fed tidak akan seagresif seperti yang sudah berlangsung, namun juga harus diperhatikan bahwa The Fed masih memberikan sinyal untuk menaikkan suku bunga kebijakannya lagi.

Sehingga, BI semestinya bisa mengambil langkah untuk kembali menaikkan suku bunga kebijakannya, untuk bisa membuat spread atau perbandingan dengan suku bunga The Fed tidak terlalu jauh.

“Jadi tentu saja, BI masih bisa menaikkan suku bunga hingga 6%, karena masih ada risiko The Fed untuk menaikkan suku bunga hingga 5%,” jelas Johanna.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Itu artinya, lanjut Johanna perbandingan antara suku bunga BI dan The Fed akan mengecil. Namun juga harus memperhitungkan liabilitas banyak perusahaan di Indonesia.

“Harus juga mempertimbangkan stabilitas faktor-faktor ekonomi di Indonesia. Alangkah baiknya untuk memastikan bahwa kebijakan suku bunga ini tidak menyebabkan volatilitas yang berlebihan,” tuturnya lagi.

Senada, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memandang, The Fed memang telah mengisyaratkan untuk kembali menaikkan fed fund rate, dengan melihat faktor tekanan inflasi yang masih bergejolak atau tidak.

Artinya, kata Faisal ketidakpastian di pasar keuangan global dapat dapat menyebabkan capital outflow masih membayangi, memberikan risiko terhadap stabilitas nilai tukar Rupiah dan tekanan inflasi impor.

Dari sisi domestik, tingkat inflasi Indonesia hingga paruh pertama 2023 diperkirakan masih akan tinggi, sekira 5% hingga 6% (year on year), karena adanya penyesuaian harga BBM, yang berdampak bukan hanya pada inflasi yang diatur pemerintah, tapi juga pada perluasan aktivitas barang dan jasa lainnya.

“Karena tekanan datang dari sisi eksternal dan domestik, kami yakin BI akan terus menaikkan BI-7DRRR untuk menjaga stabilitas. Semua dalam semua, sebagai ukuran depan dimuat, preemptive, dan berwawasan ke depan,” jelas Faisal dalam siaran resminya, Jumat (18/11/2022).

“Kami memperkirakan BI akan terus menaikkan BI-7DRRR menjadi 5,50% hingga akhir tahun 2022 dan mencapai puncaknya pada 5,75% pada 2023,” kata Faisal lagi.

Seperti diketahui, BI mencatat transaksi modal dan finansial mengalami defisit sebesar US$ 6,1 miliar atau 1,8% dari produk domestik bruto (PDB), lebih tinggi dibandingkan defisit pada kuartal II-2022 yang mencapai US$ 1,2 miliar atau 0,3% dari PDB.

BI menjelaskan, meningkatnya tekanan inflasi global telah mendorong bank sentral negara melanjutkan kebijakan pengetatan moneter agresif sehingga menyebabkan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Sejalan dengan hal itu, aliran modal asing ke berbagai negara, termasuk Indonesia mengalami penyesuaian dan mendorong terjadinya defisit pada investasi portofolio. Catatan BI, investasi portofolio mencatat defisit yang lebih tinggi.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Tsunami Inflasi Kian Dekat, Saatnya BI Naikkan Suku Bunga?

(cap/mij)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version