Kartu Kuning! Resesi dan PHK Massal di Depan Mata

Jakarta, CNBC Indonesia – Volatilitas pasar finansial global termasuk Indonesia akan meningkat di penghujung 2022. Maklum saja, resesi dunia sudah di depan mata, dan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal akan menjadi sorotan. Hal ini, tentunya akan mempengaruhi sentimen pelaku pasar global, begitu juga di Indonesia.

Read More

Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar pada perdagangan Senin (19/12/2022) akan dibahas pada halaman 3.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses mencatat penguatan mingguan pertama setelah sebelumnya merosot dalam 4 pekan beruntun. Kenaikannya juga lumayan, 1,45% ke 6.812,193.


Meski demikian, dalam sepekan investor asing tercatat melakukan jual bersih senilai Rp 4,74 triliun di pasar reguler.

Sementara itu rupiah mencatat pelemah kurang dari 0,1% dalam sepekan melawan dolar AS di Rp 15.595/US$. Dari pasar obligasi, Surat Berharga Negara (SBN) bervariasi. SBN tenor 1 tahun, 5,10, 15 dan 30 tahun mengalami penguatan terlihat dari imbal hasilnya (yield) yang turun, sementara tenor lainnya melemah.

Tekanan bagi besar bagi pasar finansial datang dari eksternal, di mana beberapa bank sentral utama mengumumkan kenaikan suku bunga pada Kamis (15/12/2022).

Ada bank sentral AS (The Fed), Eropa (ECB), Inggris (BoE) dan Swiss (SNB) yang kompak menaikkan 50 basis poin.

The Fed tentunya menjadi yang paling berpengaruh. Sebagai bank sentral paling powerful di dunia, kebijakan moneter The Fed memicu volatilitas di pasar finansial.

The Fed memang menaikkan suku bunga lebih rendah dari sebelumnya yakni 75 basis poin 4 kali berturut-turut, tetapi memproyeksikan suku bunga ke depannya berada di kisaran 5% – 5,25% dan akan dipertahankan hingga 2024.

Artinya, higher for longer. Bank sentral lainnya pun sama, tetap berkomitmen menaikkan suku bunga sampai inflasi menurun.

Alhasil, ancaman dunia resesi tahun depan kian nyata dan semakin dekat. Sentimen pelaku pasar pun memburuk, Wall Street (bursa saham AS) pun terus merosot setelah pengumuman tersebut.

Sebagai kiblat bursa saham dunia, kemerosotan Wall Street tentunya menjadi indikasi memburuknya sentimen pelaku pasar.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Wall Street Merosot 2 Pekan Beruntun

Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts