Katanya IPO Tahun Ini, PalmCo Belum Serahkan Dokumen ke BEI

Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendorong PT Perkebunan Nusantara melalui sub holding PalmCo berencana melantai atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada tahun ini. Namun, Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan belum ada tanda-tanda PalmCo akan melantai di pasar modal Indonesia.

Read More

Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, hingga saat ini PalmCo belum menyerahkan berkas dan dokumen resmi terkait rencana aksi korporasi tersebut.

“Kalau yang tadi disebutkan (PalmCo) belum terima dokumennya,” ujarnya saat ditemui di gedung BEI Jakarta, Senin (24/7).

Sebelumnya, Pahala Nugraha Mansury menyebutkan alasan PT Perkebunan Nusantara melalui sub holding PalmCo berencana melantai atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada tahun ini untuk mempersiapkan ketahanan pangan yang juga ketahanan energi.

Pahala menggungkapkan bahwa saat ini Indonesia sudah memiliki kebijakan penggunaan Bioethanol B35 yang berasal dari fermentasi biomassa yang digunakan sebagai bahan campuran Bahan Bakar Minyak (BBM).

“Sektor perkebunan ini memang ternyata bukan hanya terkait ketahanan pangan, minyak goreng ya. Kita lihat start juga mengembangkan ketahanan energi juga. Saat ini Indonesia sudah memiliki kebijakan penggunaan B35 yaitu biosolar 35% berasal dari CPO dengan produk Fame campur antara Solar atau Diesel dengan Fame tersebut,” ujar Pahala kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Senin (17/7/2023).

Adapun, rencana IPO PTPN ini juga sejalan dengan produk BBM baru yang akan diluncurkan oleh Pertamina yakni Pertamax Green (RON 95) yang mana di dalamna terkandung bioetanol lyang diproduksi oleh Grup PTPN.

“Kita lihat kedepannya kebutuhan untuk ketahanan energi selain penggunaan Fame, HVO juga merupakan produk turunan yang terkait dengan energi dan juga di bulan ini kita juga di Pertamina akan meluncurkan Green Pertamax 95 produk dengan oktan 95 dengan 5% berasal dari bioetanol yang diproduksi oleh PTPN Grup,” tambah Pahala.

Dengan begitu, lanjut Pahala, nantinya dana yang diperoleh melalui IPO akan digunakan untuk pengembangan produk turunan sawit. Di samping itu, dilakukan pula replanting atau mempertahankan produksi kelapa sawit dari danan hasil IPO yang akan dilakukan.

Adapun, Pahala berharap IPO bisa segera dilakukan dalam kurun waktu tahun 2023 ini.

“Sumber dana yang kita butuhkan untuk pengembangan produksi turunan sambil replanting adalah melalui IPO yang kita harap kita lakukan di tahun ini,” tandasnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Mohammad Abdul Ghani mengungkapkan, hal ini diyakini juga akan berlanjut setelah beberapa PTPN tersebut bergabung ke dalam Sub Holding PalmCo.

Ia mengatakan kinerja operasional yang meningkat tersebut menyangkut indikator utama seperti produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, produktivitas TBS, produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan rendemen CPO.

PalmCo akan dibentuk dari perusahaan yang telah menunjukkan tren kenaikan produksi dalam beberapa tahun terakhir. Tentu kedepannya, dengan PalmCo yang semakin fokus pada komoditas utama, maka tujuan kita berperan dalam food security melalui pemenuhan pasokan Minyak Goreng dalam negeri, insya Allah dapat terwujud,” ujarnya dalam keterangan tertulis, di Jakarta, dikutip Jumat (7/7/2023).

Ia merincikan, data perusahaan menunjukkan, untuk PTPN IV yang akan menjadi induk merger, kinerja positif terlihat dari Produksi TBS tahun 2020 sebanyak 2.572,59 juta ton, naik menjadi 2.756,47 juta ton pada tahun 2021 dan mencapai 2.650,91 juta tahun 2022.

Hal ini berbanding lurus dengan Produktivitas TBS yang juga meningkat dari 21.424 ton/ha pada tahun 2020, naik menjadi 23.004 ton/ha tahun 2021 dan meningkat lagi ke posisi 23.020 ton/ha pada tahun 2023.

Tren positif ini juga terlihat dari kinerja salah satu perusahaan pembentuk PalmCo di Riau, PTPN V, dimana Produktivitas TBS yang mencapai 23,88 ton/ha tahun 2022, naik menjadi 24,02 ton/ha tahun 2021 dan 24,05 ton/ha tahun 2022.

Sementara untuk Produksi CPO, dari posisi 544,02 ribu ton di tahun 2020, naik menjadi 574,8 ribu ton di tahun 2021 dan naik lagi menjadi 578,91 ribu ton pada tahun 2022 dengan Rendemen CPO berturut-turut 21,39% di 2020, menjadi 21,55% di 2021, dan 21,89% di 2022.

Kinerja lapangan komoditas kelapa sawit yang mumpuni juga ditunjukkan oleh PTPN III Operasional Medan dimana produksi TBS tahun 2020 sebanyak 2,41 juta ton, naik menjadi 2,51 juta ton pada tahun 2021 dan meningkat lagi ke posisi 2,58 juta ton tahun 2022.

Untuk Produktivitas TBS, dari 24 ton/ha pada tahun 2020, naik menjadi 24,73 ton/ha tahun 2021 dan menembus 25,4 ton/ha tahun 2023.

Sedangkan CPO yang diproduksi posisi 579.729 ton di tahun 2020, naik menjadi 607.451 ton di tahun 2021 dan naik lagi mencapai 623.748 di tahun 2022.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


PalmCo IPO Kuartal IV, Jadi Perusahaan Sawit Terbesar Dunia

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts