Jakarta, CNBC Indonesia – Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan merilis paket kebijakan untuk merespons situasi perekonomian terkini. Terutama yang disebabkan oleh global yang memburuk dan berdampak ke ekonomi dan pasar keuangan Indonesia.
Demikianlah disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati usai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Senin (23/10/2023).
Sri Mulyani didampingi oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Ketua Dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa.
Apa paket kebijakannya?
“Kita akan terus sinkronkan kebijakan moneter dan fiskal agar dalam situasi di mana pemicunya adalah negara seperti Amerika Serikat dampaknya ke ekonomi kita bisa dimitigasi dan diminimalkan. Baik terhadap nilai tukar, inflasi, maupun terhadap pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sistem keuangan,” terang Sri Mulyani.
Sri Mulyani menjelaskan, tekanan terhadap rupiah disebabkan oleh situasi global, khususnya bersumber dari Amerika Serikat (AS). Suku bunga acuan AS dimungkinkan masih terus naik, demi meredam inflasi tinggi.
“Kita semua tahu fenomena global saat ini dengan Amerika Serikat yang hadapi inflasi yang cukup tertahan tinggi, dan kondisi ekonomi yang cukup kuat,” ungkap Sri Mulyani.
“Mereka kemudian mengeluarkan signal atau paling tidak dibaca market, bahwa higher for longer itu akan terjadi dan ini yang sebabkan banyaknya capital flowing back to Amerika Serikat,” terangnya.
Indeks dolar AS (DXY) pada pukul 14.55 WIB menguat sebesar 0,06% menjadi 106,23. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan kemarin (20/10/2023) yang berada di angka 106,16.
“Pak Gubernur BI sebelumnya mengatakan di 93, berarti Dolar itu kuat secara global,” kata Sri Mulyani.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Asing Keluar dari RI, Rupiah Keok Lagi
(mij/mij)
Sumber: www.cnbcindonesia.com
