Kisruh Utang Rp 4.500 T Evergrande, Pemiliknya Menghilang?

Jakarta, CNBC Indonesia – Perdagangan saham China Evergrande Group dihentikan pada hari Kamis setelah sebuah laporan mengatakan bahwa pemiliknya dalam pengawasan kepolisian. Kekhawatiran terhadap masa depan pengembang tersebut semakin membuat investor gusar ditengah meningkatnya risiko likuidasi.

Read More

Mengutip laporan Reuters, pemilik dan pemimpin perusahaan Hui Ka Yan diintai oleh polisi bulan ini dan sedang dipantau di lokasi yang ditentukan. Belum jelas alasan mengapa Hui diawasi dan di mana lokasi taipan properti tersebut.

Keberadaan Hui yang tidak diketahui di mana membuat banyak pihak gelisah. Pasalnya, Evergrande memiliki kewajiban setara dengan lebih dari US$ 300 miliar (Rp 4.500 triliun) pada akhir Juni tahun ini. Evergrande dan pihak kepolisian pun belum menanggapi permintaan komentar dari Reuters dan media internasional lainnya.

Hal senada juga dilaporkan oleh The Wall Street Journal mengutip pemberitaan media domestik Tiongkok yang mengatakan bahwa Hui ditahan di sebuah lokasi di Beijing. Dia dikabarkan belum secara resmi didakwa dengan kejahatan apapun.

Juru bicara Evergrande tidak menanggapi permintaan komentar. Polisi di provinsi Guangdong, Beijing dan Guangzhou, kota tempat Evergrande berkantor pun tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Hui, yang kini berusia 64 tahun, mendirikan Evergrande pada tahun 1996 di provinsi selatan Guangdong. Di bawah pengawasannya, perusahaan ini berkembang secara agresif dan menjadi pengembang perumahan terbesar dan paling banyak berhutang di China sebelum gagal bayar obligasi internasionalnya pada akhir 2021.

Evergrande memiliki kewajiban lebih dari US$ 300 miliar atau setara dengan produk domestik bruto Finlandia, Evergrande telah menjadi tokoh sentral utama krisis utang di sektor properti China, yang berkontribusi pada sekitar seperempat perekonomiannya.

Namun, Evergrande telah berupaya untuk mendapatkan persetujuan dari para kreditur untuk merestrukturisasi utang luar negerinya. Prosesnya menjadi rumit minggu ini setelah Evergrande mengatakan bahwa mereka tidak dapat menerbitkan utang baru karena adanya investigasi terhadap unit utamanya di China.

Beberapa analis berpendapat, rencana restrukturisasi utang luar negeri saat ini tampaknya akan goyah dan risiko perusahaan dilikuidasi meningkat.

Reuters melaporkan pada hari Selasa bahwa sebuah grup kreditur luar negeri Evergrande berencana untuk bergabung dengan petisi pengadilan likuidasi yang diajukan terhadap pengembang ini jika mereka tidak mengajukan rencana restrukturisasi utang baru pada akhir Oktober.

“Tidak jelas mengapa Hui berada di bawah pengawasan polisi, tetapi ini mungkin menandakan negosiasi tertentu yang diminta oleh pemerintah. Perkembangan terakhir ini telah mengganggu harapan untuk melakukan restrukturisasi,” kata Gary Ng, ekonom senior Asia Pasifik di Natixis.

Sebagai informasi, saham perusahaan berakhir turun 19% pada hari Rabu di pasar Hong Kong, penurunan ini membengkak menjadi 81% sejak dimulainya kembali perdagangan pada akhir Agustus setelah penangguhan selama 17 bulan.

Terbaru Evergrande memperoleh permasalahan bisnis baru dengan Beijing meluncurkan serangkaian tindakan dalam beberapa minggu terakhir, termasuk pemotongan suku bunga KPR, demo menghidupkan kembali sektor properti yang terpukul.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Bursa Hong Kong Ambruk Imbas Evergrande, Bakal Menular ke RI?

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts