Korban Suku Bunga Tinggi, The Fed Boncos Rp 1.500 Triliun

Jakarta, CNBC Indonesia– Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) merugi hampir US$ 100 miliar atau sekitar Rp 1.535 triliun akibat tingginya suku bunga.

Read More

Angka kerugian The Fed bahkan bisa melonjak terus ke depan jika bank sentral paling super power di dunia tersebut mengerek suku bunga.

The Fed merugi karena beban bunga yang harus mereka bayar lebih besar dibandingkan pendapatan dari bunga obligasi yang mereka simpan.

William English, mantan staf bank sentral yang kini bekerja di Yale University, memperkirakan The Fed bakal boncos hingga US$ 200 miliar hingga 2025. Sementara itu, analis dari LH Meyer, Derek memperkirakan kerugian bisa mencapai $150 – $200 miliar pada tahun depan atau sekitar Rp 2.302-3.070 triliun.

The Fed sebenarnya jarang mengalami kerugian. Namun, mereka juga bisa merugi jika tidak ada keseimbangan dalam mengimplementasikan kebijakan moneter dan tujuan mereka.

Sebagai catatan, The Fed seperti bank sentral lain juga melakukan pembelian besar-besaran obligasi swasta dan pemerintah hingga sekuritas demi menyelamatkan ekonomi saat pandemi menghantam dunia pada 2020.

Pembelian tersebut membuat neraca The Fed bengkak dari sekitar US$ 4 triliun pada pra-pandemi menjadi hampir US$ 8,9 triliun pada Maret 2022. The Fed membeli obligasi jangka panjang di awal pandemi secara besar-besaran. Pembelian tersebut membuat harga obligasi naik sementara imbal hasil, sebaliknya, turun.
Imbal hasil US Treasury pada Maret 2020 ada di kisaran 0,7%.

Sebagai catatan, suku bunga The Fed pada awal pandemi ada di kisaran 0,00-0,25%.

Persoalan datang setelah inflasi AS melonjak karena kenaikan harga energi dan pangan.

The Fed pun mau tak mau mengerek suku bunga dengan sangat agresif. Sejak Maret 2022 hingga Juli 2023, The Fed sudah mengerek suku bunga sebesar 525 bps menjadi 5,25-5,50%.
Lonjakan suku bunga ikut mengerek imbal hasil obligasi di mana US Treasury 10 tahun kini ada di kisaran 4,3%. Nilai market dari portofolio di neraca The Fed pun jatuh sehingga The Fed merugi.

The Fed menerima pendapatan bunga atas kepemilikan obligasi swasta dan US Treasury. Namun, di sisi lain, The Fed juga harus membayar  bunga cadangan kepada bank dan lembaga keuangan lainnya yang menyimpan dana di The Fed.

Jika bunga dari US Treasury yang diterima The Fed lebih besar daripada bunga yang dibayarkan oleh The Fed untuk simpanan maka The Fed akan untung. Demikian juga sebaliknya.

Kondisi sebaliknya inilah yang kini terjadi. Akibat suku bunga yang sangat tinggi maka The Fed juga harus membayar bunga untuk simpanan bank sangat tinggi. 

Kerugian The Fed diperkirakan akan berhenti jika The Fed terus menguras neraca mereka dengan menjual obligasi yang dulu mereka beli. Namun, dibutuhkan waktu lama untuk menghilangkan kerugian.

Pendapatan bunga mulai meningkat ketika obligasi tersebut jatuh tempo, dan The Fed berinvestasi kembali pada obligasi baru dengan suku bunga lebih tinggi

The Fed sudah mengurangi nilai neraca sebesar US$ 95 miliar per bulan, dengan rincian obligasi (US$ 60 miliar) dan efek beragun aset (US$ 35 miliar) sejak Juni 2022. Pengurangan nilai neraca tersebut nilainya dua kali lipat ketimbang yang dilakukan pada tahun 2017 – 2019.

Untuk menangani kerugian ini, The Fed mengimplementasikan perhitungan deferred asset atau aset yang ditangguhkan. Perhitungan itu mencerminkan jumlah kebutuhan yang harus ditutupi oleh The Fed tetapi karena alasan tertentu maka pengeluaran tersebut akan ditangguhkan atau dibayar di kemudian hari.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


AS Galau Soal Suku Bunga, Wall Street Malah Menguat

(mae/mae)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts