penyebabsakit.com

Libur Telah Tiba, IHSG Tapi ‘Gak Happy’

Jakarta, CNBC Indonesia – Menutup perdagangan akhir pekan, Jumat (23/12/22), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah. Beberapa sentimen domestik dan global melatarbelakangi kinerja IHSG yang cenderung menyusut.

Perdagangan sesi II hari ini, IHSG ditutup turun 0,35% atau sebesar 23 poin ke level 6.800,67. Laju IHSG pada sesi kedua kali ini masih sama dengan sesi I sebelumnya yakni ditahan di zona merah. Bahkan IHSG sempat terlempar keluar zona psikologis 6800 tepatnya menyentuh titik terendah pada level 6.784,58

Berdasarkan data statistik dari RTI Business, perdagangan mencatatkan volume saham ada sebanyak 19 miliar lembar diperjual-belikan dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 925 ribu kali serta nilai perdagangan mencapai 8 triliun rupiah.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Terdapat 216 saham yang menguat,314 saham mengalami koreksi serta 178 lainnya tidak bergerak.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia via Refinitiv, mayoritas indeks sektoral Bursa Efek Indonesia (BEI) melemah dan menahan pergerakan IHSG. IDX utilities misalnya, yang memimpin dengan penurunan 1,22%, disusul IDX consumer cyclicals dan IDX financials yang turun masing-masing 0,90% dan 0,77%. Selain itu indeks sektoral lain yang melandai antara lain, sektor finansial, teknologi, barang konsumen no-primer dan barang pokok.

Dari sektor utilitas atau konsumen barang dan jasa, PT Perusahaan Gas Negara menjadi salah satu saham yang melemah yakni dengan penurunan 1,92%. Kinerja saham ini berbalik terbalik dengan penutupan perdagangan kemarin.

Sementara itu dari deretan big caps, seluruh bank buku IV berjatuhan dengan BBRI menjadi pemimpin pelemahan yakni turun 1,61%. Di Posisi kedua ada BBNI yang melemah 1,06%. Adapun BBCA dan BMRI yang sebelumnya mendatar, kini melandai masing-masing sebesar 0,87% dan 0,25%.

Berikutnya dari sektor kesehatan, terdapat beberapa saham yang mengalami kemunduran. Saham dengan kode PRDA, SIDO, MTMH, KLBH dan KAEF terpantau menjadi top losers di sektor ini.

Wall Street dan Pasar ekuitas Asia-Pasifik Berguguran

Wall Street memangkas sebagian kerugian intra-hari tetapi masih ditutup dengan kuat lebih rendah pada hari Kamis lalu, hampir menghapus reli sesi terakhir karena revisi naik pada PDB AS dan harga PCE Inti mendukung komitmen Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi dan mempertahankannya lebih lama.

Estimasi akhir untuk pertumbuhan PDB menunjukkan ekonomi AS tumbuh 3,2% di Q3, lebih tinggi dari 2,9% dirilis kedua. Klaim pengangguran yang rendah menunjukkan pasar tenaga kerja yang sangat ketat juga menambah tekanan hawkish.

Dow turun 800 poin sebelum ditutup 350 poin lebih rendah dan S&P 500 turun 1,5%. Nasdaq berkinerja buruk dan turun 2,2%, menghapus kenaikan sesi terakhir karena dolar naik dan imbal hasil Treasury terkonsolidasi mendekati level tertinggi tiga minggu.

Pasar ekuitas Asia turun pada hari Jumat, mengambil isyarat dari keunggulan negatif di Wall Street karena data AS yang lebih kuat dari perkiraan memicu kekhawatiran bahwa Federal Reserve AS akan memperketat kebijakan lebih lanjut.

Saham-saham di Australia, Korea Selatan, dan Hong Kong membukukan kerugian tajam. Saham Jepang juga jatuh karena investor bereaksi terhadap data yang menunjukkan harga konsumen inti di negara itu naik 3,7% pada bulan November secara tahunan, meningkat pada laju tercepat sejak Desember 1981 dan mendukung kecenderungan hawkish dari Bank of Japan.

Sementara itu, saham di China daratan berfluktuasi karena kekhawatiran terkait Covid bersaing dengan langkah-langkah kebijakan pro-pertumbuhan baru dari pemerintah.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Sesi II, IHSG Berpotensi Ngegas Lagi

(ayh/ayh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version