M1 Abrams Meluncur ke Ukraina, Rupiah Bakal Merana?

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah mengalami koreksi Rabu kemarin. Maklum saja, dalam beberapa hari terakhir Mata Uang Garuda menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga menyentuh level terkuat dalam 3 bulan terakhir.

Koreksi rupiah berisiko berlanjut pada perdagangan Kamis (26/1/2023) sebab sentimen pelaku pasar sedikit memburuk akibat memanasnya situasi di Ukraina.

Read More

Perang Rusia-Ukraina memasuki babak baru setelah Jerman mengizinkan pengiriman tank Leopard 2 ke Ukraina untuk membantu negeri itu menghalau serangan Rusia.

Amerika Serikat dikabarkan akan mengikuti langkah Jerman tersebut. Negara Paman Sama diberitakan akan mengirim 31 tank perang M1 Abrams untuk menghalau serangan Rusia.Presiden Rusia Vladimir Putin tentu saja mengkritik keras langkah kedua negara dan menyebutnya sebagai “provokasi terang-terangan”.

“Tank-tank ini akan terbakar seperti lainnya. Yang membedakan mereka adalah harganya yang sangat mahal,” tutur Putin, dikutip dari BBC.

Selain itu pelaku pasar juga menanti kepastian kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed) pekan depan. Pasar memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin, lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya 50 basis poin.

Secara teknikal, sukses menembus ke bawah Rp 15.090/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan.

Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Penguatan rupiah sebelumnya terakselerasi setelah menembus Rp 15.450/US$, yang merupakan Fib. Retracement 38,2%.

Rupiah yang disimbolkan USD/IDR sukses kembali ke bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100 dan 200 yang tentunya memberikan peluang penguatan lebih lanjut.

Namun, beberapa indikator juga menunjukkan risiko koreksi rupiah.

Indikator Stochastic pada grafik harian mulai bergerak turun masuk wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang mencapai jenuh jual tentunya memperbesar risiko koreksi.


Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Selain itu, penguatan tajam pada perdagangan Kamis (12/1/2023) hingga Selasa lalu membuat rupiah berkali-kali membentuk gap, atau posisi pembukaan perdagangan yang jauh lebih rendah dari penutupan hari sebelumnya.

Secara teknikal, pasar biasanya akan menutup gap tersebut, yang artinya risiko koreksi bertambah.

Rupiah saat ini berada di dekat area resisten Rp 14.970/US$. jika diembus ada risiko melemah ke level psikologis Rp 15.000/US$.

Sementara untuk menguat lebih jauh rupiah perlu kembali menembus konsisten ke bawah Rp 14.900/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Terkapar Lawan Dolar AS, Rupiah Dekati Level Rp 15.600/USD

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts