Makin Dekat Rilis Inflasi AS, Wall Street Dibuka Kebakaran

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Wall Street terpantau kompak dibuka di zona merah sebagai respon semakin mendekati rilis inflasi Amerika Serikat (AS).

Read More

Pada perdagangan Selasa (12/9/2023), Indeks Dow Jones (DJI) turun 0,13% menuju 34.620,02, kemudian indeks NASDAQ ambles 0,42% menjadi 13.858,94 dan S&P 500 anjlok 0,32% ke posisi 4473,27.

Kejatuhan bursa AS pada awal perdagangan disinyalir karena sikap pasar yang mengantisipasi rilis data inflasi AS yang dijadwalkan akan rilis besok, Rabu (13/9/2023) pada pukul 19.30 WIB.

Melansir platform penghimpun data, tradingeconomic, inflasi umum AS diperkirakan akan melonjak ke 3,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 3,2% yoy.

Apabila inflasi umum naik sesuai perkiraan ini bakal menjadi kenaikan kedua yang terjadi setelah mencapai titik terendah 3% yoy pada Juni lalu.
Sementara dari inflasi inti diperkirakan akan melandai ke 4,3% yoy dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 4,7% yoy. Kendati melandai, secara keseluruhan nilai inflasi umum dan inti masih jauh dari target bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) di sekitar 2%.


Bagai pedang bermata dua, ketika inflasi naik sikap bank sentral AS pada pertemuan pekan ketiga bulan ini potensi bisa lebih ketat atau menaikkan suku bunga lagi. Sebaliknya, jika kembali melandai ada potensi sikap The Fed bisa lebih melunak.

Di sisi lain, hari ini akan ada sentimen rilis seri baru Iphone 15 dari Apple yang akan mewarnai pasar. Seri baru tersebut di gadang merupakan strategi TOCK fase kedua. Perlu diketahui, tiap kali merilis ponsel baru Apple biasanya menerapkan strategi khusus untuk bersaing di industri bernama Tick Tock.

Beberapa pengamat ponsel menyatakan strategi Tock fase kedua merupakan Iphone yang memiliki kecanggihan teknologi terbaru walau dengan tampilan perangkat keras yang biasanya tak akan berbeda jauh. Untuk peminat ponsel yang suka untuk pemakaian jangka panjang lebih direkomendasikan Tock fase kedua ini karena fiturnya yang lebih update.

Kendati begitu, di tengah antusiasme bakal dirilisnya seri ponsel besutan Apple tersebut kebijakan Xi Jinping malah membuat AS bisa ketar-ketir. Pasalnya, Presiden Naga Asia tersebut malah menetapkan kebijakan PNS China dilarang menggunakan Iphone di lingkungan kerja, hal tersebut pertama kali dilaporkan Wall Street Journal.

Meski tak diblokir secara nasional, tetapi kebijakan ini diramal akan berpengaruh pada penjualan iPhone. Sebab, China merupakan salah satu pasar yang berkontribusi paling besar ke bisnis Apple.

Dilaporkan Reuters, penjualan iPhone bisa anjlok hingga 10 juta unit gara-gara aksi pemerintah China. Erik W. Woodring, analis dari Morgan Stanley, memperkirakan pendapatan Apple bisa jatuh 4% akibat larangan di China. Adapun, profit Apple bisa merosot 3%..

“China faktor penentu kesuksesan Apple, tetapi Apple juga unsur penting dari ekonomi China. Meskipun ada potensi Apple dan China berpisah di dunia yang multi-kutub, kami tidak yakin berita ini bisa membuat skenario terburuk terjadi,” kata Woodring.

Aksi perang dagang antara dua negara adidaya tersebut masih menjadi persoalan sengit yang akan berlanjut pada pekan ini dan perlu diwaspadai investor karena bisa memicu capital outflow berlanjut di wall street, terutama di tengah penantian indikator ekonomi terkait inflasi yang bakal mempengaruhi kebijakan the Fed pada pertemuan minggu ketiga bulan ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected] 

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Investor Wait and See, Wall Street Berakhir ‘Berdarah-darah’

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts