Mantan Supir Angkot Ini Punya Kekayaan Rp 901 Triliun


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Nama Prajogo Pangestu merupakan sosok yang banyak dikenal oleh orang Indonesia dari sisi kekayaannya. Mengutip daftar orang terkaya dunia dari Forbes, Jumat (8/12/2023), harta Prajogo hari bertambah US$ 7,1 miliar atau setara Rp 110 triliun (kurs Rp 15.493).

Dengan demikian harta kekayaan Prajogo menjadi US$ 58,2 miliar atau setara Rp 901,69 triliun. Angka tersebut menjadikannya sebagai orang terkaya dunia nomor 23. Dia merupakan satu-satunya orang Indonesia yang menghuni 50 besar orang terkaya dunia saat ini.

Namun jauh sebelum menempati posisi saat ini, Prajogo memiliki masa sulit. Sejarah mencatat putra seorang pedagang karet ini, hanya bisa mengenyam pendidikan tingkat menengah pertama karena keterbatasan ekonomi keluarganya.

Di Kalimantan Prajogo mendapat pekerjaan sebagai sopir angkutan umum jurusan Singkawang-Pontianak. Ia juga membuka usaha kecil-kecilan dengan menjual bumbu dapur dan ikan asin.

Di sela-sela pekerjaan itu, Prajogo bertemu dengan seorang pengusaha kayu asal Malaysia, bernama Burhan Uray. Dari pertemuan itu, pada 1969 Prajogo lantas memutuskan bergabung di perusahaan milik Burhan, yakni PT Djajanti Grup.

Lantaran etos kerja yang tinggi, Prajogo pun berhasil mendapatkan jabatan General Manager Pabrik Plywood Nusantara setelah tujuh tahun mengabdi pada grup yang menaunginya tersebut.

Hanya setahun saja Prajogo menjabat sebagai GM Djajanti Group. Ia putuskan resign dan membeli sebuah perusahaan yang sedang krisis finansial. Nama perusahaan tersebut adalah CV Pacific Lumber Coy.

Prajogo meminjam sejumlah dana pada sebuah bank untuk membeli perusahaan kayu ini. Hebatnya, ia dapat mengembalikan pinjaman tersebut hanya dalam kurun waktu satu tahun. Perusahaan inilah yang kemudian berubah nama menjadi PT Barito Pacific. Pada masa orde baru, perusahaan ini maju pesat menjadi perusahaan kayu terbesar di Indonesia.

Namun kesuksesan ini tidak menghentikan langkah Prajogo untuk terus berkembang. Selanjutnya, ia melakukan ekspansi bisnis dengan mendirikan PT Chandra Asri Petrichemical Center dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk.

Perusahaannya Barito Pacific Timber telah melakukan go public pada tahun 1993 dan berganti nama menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayunya pada 2007.

Pada 2007 Barito Pacific mengakuisisi 70% dari perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di BEI. Pada 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri pada Juli 2021.

Pada 2023, Prajogo juga telah membawa dua perusahaannya,PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), melantai di bursa RI. Kini BREN tercatat sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, menyalip PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA).

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Saham BREN Sentuh ARA Lagi, Masuk 10 Emiten Terbesar di Bursa

(haa/haa)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts