Mantap! Dalam 3 Hari Rupiah Melesat 3% ke Rp 15.200

Jakarta, CNBC Indonesia – Pada awal perdagangan Jumat (13/1/2023) indeks dolar Amerika Serikat (AS) merosot 0,91% ke level 102,24 poin seiring menguatnya rupiah sejak 3 hari sebelumnya. Catatan Refinitiv menunjukkan rupiah melesat 0,89% ke level Rp 15.200/USD. Nilai ini merupakan yang terkuat sejak 7 Oktober 2022 lalu.

Read More

Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 15.140/US$, melesat 1,28% di pasar spot. Dalam 3 hari, total penguatannya nyaris 3%. Rupiah saat ini juga berada di level terkuat dalam lebih dari 3 bulan, tepatnya sejak 27 September 2022.

Jatuhnya indeks dolar AS ini ada hubungannya dengan pengumuman turunnya tingkat inflasi AS di bulan Desember 2022. Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di AS pada Desember 2022 dilaporkan tumbuh 6,5% year-on-year (yoy), angka ini turun dari bulan sebelumnya yang mencapai 7,1%. Bahkan, CPI tersebut juga menjadi yang terendah sejak Oktober 2021.

Otoritas AS juga melaporkan penurunan CPI inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan, angka itu turun dari sebelumnya di level 6% menjadi 5,7%. CPI inti ini menjadi yang terendah sejak Desember 2021.

Atas dasar laporan tersebut, pelaku pasar jadi merasa yakini The Fed akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya dan berpotensi memangkasnya lagi pada akhir 2023.Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada Februari dan Maret dengan probabilitas sebesar 94% dan 76%. Dengan proyeksi tersebut, puncak suku bunga The Fed berada di 4,75% – 5%.

Selain itu, perangkat yang sama menunjukkan The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin pada September dengan probabilitas sebesar 34%, begitu juga sebulan setelahnya. Sehingga di akhir tahun pasar melihat suku bunga The Fed berada di 4,25% – 4,5%.

Sebelumnya rupiah juga menguat cukup tajam dalam dua hari beruntun mendapat sentimen positif dari dalam negeri. Sejumlah ekonom melihat ada potensi capital inflow yang terjadi dari kondisi ini. Seperti diketahui, pemerintah saat ini sedang gencar mengupayakan kembalinya Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang diparkirkan eksportir di luar negeri guna memperkuat cadangan devisa Indonesia.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan merevisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE). Dalam revisi ini, beberapa sektor baru masuk ke dalam daftar yang harus menempatkan DHE kepada regulator. Tidak hanya itu, pemerintah juga akan meminta eksportir menahan DHE mereka dalam periode tertentu.

Hal ini disampaikan oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sesuai arahan Presiden Jokowi dalam rapat kabinet terbatas di Istana Kepresidenan, Rabu (11/1/2023).

“Tadi juga arahan pak Presiden, ekspor yang selama ini positif itu perlu diikuti dengan peningkatan cadangan devisa, untuk itu pak Presiden meminta PP 1 Tahun 2019 DHE itu untuk diperbaiki,” ungkapnya.

Harapannya dengan kembalinya DHE ke dalam negeri dan ditahan lebih lama, maka pasokan dolar AS akan kembali bertambah, itu artinya rupiah tentu bisa menguat.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Terkapar Lawan Dolar AS, Rupiah Dekati Level Rp 15.600/USD

(Anisa Sopiah/ayh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts