Mantap Pak Perry! Ada Pertemuan BI, Rupiah Sukses Reli

Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah sukses menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Rabu (30/11/2022). Indeks dolar AS yang terkoreksi membuka peluang penguatan mata uang di Asia.

Read More

Mengacu pada data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan rupiah terapresiasi sebanyak 0,13% ke Rp 15.720/US$. Kemudian, rupiah memangkas penguatannya menjadi hanya 0,02% ke Rp 15.737/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Mata Uang Garuda sukses mempertahankan penguatannya hari ini, seiring dengan terkoreksinya indeks dolar AS di pasar spot. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS melemah 0,15% ke posisi 106,661.

Namun, menjelang pidato Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan rilis data tenaga kerja yang dijadwalkan akan dirilis pada malam ini, imbal hasil (yield) obligasi AS kembali naik pada Selasa (29/11).

Yield obligasi tenor 10 tahun yang menjadi acuan kembali naik 5 bps menjadi 3,752%, sedangkan yield obligasi tenor 2 tahun yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga juga naik 1,5 bps ke 4,486%.

Hal tersebut mencerminkan bahwa para pelaku pasar masih khawatir sebab hingga saat ini belum ada rilis data ekonomi yang signifikan untuk meredakan kenaikan suku bunga acuan oleh Fed di bulan depan.

“Kami belum mendapatkan informasi baru, data ekonomi baru yang secara signifikan dan akan mengubah jalur (pasar),” kata Ekonom Pasar Uang di Jefferies & Co Tom Simons dikutip Reuters.

“Pasar obligasi memiliki harga kurva imbal hasil yang cukup terbalik dalam resesi yang cukup panjang dengan pemahaman bahwa Fed tidak akan segera menyelamatkan pasar jika keadaan melambat,” kata Simons.

Sementara dari Tanah Air, investor masih fokus terhadap Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI). Acara tahunan ini menjadi wadah BI untuk menyampaikan pandangan mengenai kondisi perekonomian nasional, tantangan yang dihadapi dan arah kebijakan Bank Indonesia ke depan, serta arahan langsung dari Presiden Joko Widodo mengenai kebijakan Pemerintah ke depan.

Pandangan dan arahan tersebut akan dijadikan referensi, khususnya bagi pelaku industri, investor dan kalangan dunia usaha dalam menentukan berbagai kebijakan maupun keputusan bisnis ke depan.

Namun, tadi pagi pada Rapat Koordinasi Nasional Investasi 2022, Presiden Joko Widodo sempat memberikan proyeksi terhadap situasi perekonomian tahun depan.

“Tahun depan, tahun 2023 ini akan jauh lebih sulit lagi untuk semua negara dan diperkirakan awal tahun depan sudah masuk pada resesi global,” ujarnya.

“Ini yang kita semuanya sekali lagi harus memiliki perasaan yang sama,” lanjutnya.

Permasalahan yang dihadapi berbagai negara berkutat pada inflasi, krisis energi, krisis pangan, hingga krisis finansial.

Terkoreksinya indeks dolar AS, membuka ruang laju penguatannya mata uang di Asia yang dipimpin oleh ringgit Malaysia di mana menguat tajam hingga 0,78% di hadapan dolar AS.

Disusul oleh dolar Taiwan dan baht Thailand yang terapresiasi masing-masing sebesar 0,42% dan 0,31%.

Sedangkan, hanya yen Jepang yang terkoreksi tipis 0,06% terhadap si greenback.



TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Hingga Tengah Hari Jelang Weekend, Rupiah Masih Kuat Nanjak!

(aaf/aaf)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts