Manufaktur China Masih Kontraksi, Rupiah Dibuka Melemah Lagi

Jakarta, CNBC INDONESIAUsai libur panjang Idul Adha, pasar keuangan RI dibuka melemah 0,20% secara harian menjadi Rp15.020 melawan dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan pada hari ini (3/7/2023) mengawali perdagangan efektif memasuki semester II/2023.

Read More

Turunnya rupiah hari ini berbeda dengan pergerakan rupiah akhir pekan sebelumnya pada Selasa (27/6/2023) yang cenderung bergerak stagnan secara harian menjadi Rp14.990/US$.

Kendati begitu, merujuk pada data Refinitiv rupiah masih menguat 3,5% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada 6 bulan pertama tahun ini.

Penguatan nilai tukar rupiah pada semester I 2023 terbilang luar bisa mengingat rupiah lebih kerap tumbang pada paruh pertama dalam lima tahun terakhir.

Pada periode 2019-2023, hanya dua kali rupiah menguat pada semester I yakni pada 2019 dan tahun ini. Rupiah tumbang pada semester I 2020, 2021, dan 2022 atau tiga tahun terakhir.

Jika diurut ke belakang lagi, maka rupiah melemah lima kali dan menguat lima kali juga dalam 10 tahun terakhir.

Salah satu yang membuat rupiah menguat adalah derasnya capital inflow. Merujuk data Bank Indonesia (BI), investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 94,68 triliun pada awal tahun ini hingga 26 Juni 2023.

Net buy pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 80,43 triliun sementara pada pasar saham tercatat 14,25 triliun.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan semester I-2022 dimana investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 111,12 triliun di pasar SBN dan net buy di pasar saham sebesar Rp 61,82 triliun.

Pasar keuangan pada awal pekan ini masih diwarnai berbagai sentimen, dari dalam negeri inflasi diharapkan akan tetap pada target BI di rentang 3℅+/-1℅. Sementara, data PMI manufaktur Indonesia per Juni 2023 menunjukkan angka 52,5. Angka tersebut naik dibandingkan bulan sebelumnya di posisi 50,3. Ini menunjukkan kondisi manufaktur masih lanjut ekspansif.

Kendati demikian tekanan global masih perlu diwaspadai pelaku pasar mengingat data NBS pada Jumat lalu (30/6/2023) menunjukkan PMI manufaktur China per Juni masih berada zona kontraksi atau di posisi 49, walaupun sedikit membaik dibandingkan bulan sebelumnya di angka 48,8.

Kebijakan the Fed juga masih dinanti pasar pada Kamis pekan ini akan ada FOMC minutes. Risalah atau poin-poin penting menjadi yang diperhatikan karena bisa memberikan panduan lebih jelas terhadap kebijakan moneter the Fed yang diperkirakan masih hawkish atau bisa menaikkan lagi suku bunga hingga dua kali lagi di sisa tahun ini.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Video: Harap Tenang! Ini Sentimen Pendorong Penguatan Rupiah

(tsn/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts