Menanti Data Inflasi RI, Apa Kabar Rupiah Hari Ini?


Jakarta, CNBC Indonesia – Menutup hari terakhir di bulan November, nilai tukar rupiah malah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca pertemuan tahunan Bank Indonesia (PTBI).

Read More

Namun, mengawali Desember ini rupiah bakal dipengaruhi sentimen terkait inflasi hingga kondisi manufaktur berbagai negara. Lantas bagaimana prospek geraknya hari ini?

Melansir data Refinitiv, pada sepanjang perdagangan kemarin, Kamis (30/11/2023) mata uang Garuda melemah cukup dalam sebesar 0,75% ke posisi Rp15.505/US$. Pelemahan ini mematahkan tren penguatan yang terjadi tiga hari beruntun sejak 27 November 2023.


Pelemahan rupiah ditengarai juga akibat tekanan indeks dolar AS (DXY) yang kembali naik pada kemarin ke posisi 103,50 atau menguat 0,64% dibandingkan satu hari sebelumya. DXY sudah naik dua hari beruntun walau masih dalam posisi terendah sejak 1 September 2023.

Pernyataan Jokowi serta Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam PTBI juga sempat mengguncang pasar keuangan. Pasalnya, ada banyak tantangan yang masih dihadapi rupiah ke depan, Perry menyebut setidaknya ada lima karakteristik. .

“Ketidakpastian masih tinggi dengan lima karakteristik,” ungkap Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (29/11/2023)

Pertama, kata Perry adalah pelemahan ekonomi global menjadi 2,8% pada 2024 dan sedikit meningkat jadi 3% pada 2025.
“AS masih baik, Tiongkok melambat India dan Indonesia tumbuh tinggi,” jelasnya.

Kedua adalah gradual disinflation. “Penurunan inflasi lambat meski pengetatan moneter agresif di negara maju baru turun 2024 itupun masih di atas target karena harga energi pangan global dan tenaga kerja,” paparnya.

Perry menyatakan yang ketiga adalah tingginya suku bunga acuan AS dalam waktu lama atau higher for longer. “Yield UST terus meningkat karena bengkaknya utang AS,” tegasnya

Keempat adalah strong dollar AS dan menekan nilai tukar banyak negara termasuk rupiah.

“Kelima cash is the king pelarian modal dalam jumlah besar emerging market ke negara maju sebagian besar ke AS karena tingginya suku bunga dan kuatnya dolar,” pungkasnya.

Pada hari ini, Jumat (1/12/2023) akan ada sentimen yang mempengaruhi rupiah yakni rilis data inflasi domestik serta kondisi manufaktur dari berbagai negara seperti AS, China, termasuk Indonesia.

Inflasi Indonesia untuk periode November 2023 diperkirakan tumbuh lebih tinggi menjadi 2,7% secara tahunan (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 2,56% yoy. Kendati ada potensi peningkatan pertumbuhan tetapi nilainya diharapkan masih terjaga dalam kisaran target BI yakni dari 2% – 4%.

Selanjutnya rupiah akan dipengaruhi kondisi manufaktur berbagai negara, mulai dari China ada potensi PMI Manufaktur November masih berada di zona kontraksi sama seperti bulan sebelumnya, menurut perhitungan Caixin.

Manufaktur China cukup penting diperhatikan karena merupakan negara kontributor terbesar bagi pertumbuhan ekonomi Asia, termasuk Indonesia. Bagi RI, China merupakan mitra dagang ekspor terbesar terutama untuk komoditas.

Apabila manufaktur Sang Naga Asia tersebut masih kontraksi, maka berpengaruh negatif terhadap pergerakan neraca dagang yang melibatkan ekspor-impor bisa berlarut-larut.

Kemudian untuk negeri Paman Saham, PMI Manufaktur menurut ISM juga masih akan terjerat di zona kontraksi atau nilai PMI di bawah 50. Sementara dari dalam negeri, PMI Manufaktur diharapkan bisa bertahan di zona ekspansif sekitar 51,3.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, rupiah terpantau masih dalam tren penguatan dengan konsisten bergerak di bawah garis rata-rata selama 200 jam atau moving average 200 (MA200) walau pada pergerakan di sepanjang satu hari terakhir di bulan November melemah cukup dalam, sekitar 0,75% ke posisi Rp15.505/US$.

Pelemahan dalam satu hari kemarin, membuat posisi MA200 atau Rp15.525/US$ menjadi resistance kuat yang bakal diuji apabila masih lanjut melemah dalam jangka pendek. Jika posisi tersebut ditembus, pelemahan selanjutnya bisa menguji level psikologis Rp15.600/US$.

Kendati demikian, biasanya ketika harga menguji resistance ada potensi pembalikan arah menguat ke support terdekat. Pelaku pasar bisa mencermati posisi support di Rp15.460/US$, ini didapatkan dari garis double MA yang berpapasan yakni MA20 dan MA50.




Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS dalam basis waktu per jam

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts