Menunggu ‘Gembok’ China Dibuka, IHSG di Persimpangan Jalan

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar keuangan Indonesia pekan lalu bergerak beragam. Nilai tukar rupiah dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) kompak tampil impresif. Namun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan kinerja yang mengecewakan.

Read More

IHSG lesu di tengah panasnya situasi di China serta berakhirnya masa penguncian saham GOTO, yang menjadi pendulum utama pergerakan harga pasar ke teritorial negatif.

Sementara itu, penopang positif dalam pergerakan rupiah dan SBN adalah laju inflasi domestik yang melandai serta sinyal pelonggaran kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).

Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (2/12/2022), IHSG ditutup melemah 0,02% di posisi 7.019,639.



Secara keseluruhan, IHSG melemah 0,48% secarapoint-to-point dalam sepekan. Pelemahan tersebut memperpanjang tren negatif IHSG menjadi tiga pekan beruntun. Terakhir kali IHSG menguat dalam sepekan adalah pada pekan kedua November (7-11 November 2022). Namun, selama IHSG masih mampu bertahan di atas level psikologis 7.000.

Selama empat hari perdagangan pekan lalu, IHSG mengakhiri perdagangan di zona merah sebanyak empat kali dan hanya sekali di zona hijau yakni pada Rabu (30/11/2022)).
Kendati melemah, investor asing masiih mencatatkan aksi beli (net buy) sebesar Rp 885,7 miliar di semua pasar. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan pekan sebelumnya di mana net buy tercatat hampir Rp 1,98 triliun.

Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat transaksi saham di bursa meningkat pesat menjadi Rp 71,6 triliun dalam sepekan.

Pergerakan IHSG sejalan dengan lesunya bursa utama Asia. Pada perdagangan terakhir pekan lalu, indeks Nikkei 225 Jepang ditutup merosot 1,59%, Shanghai Composite China turun tipis 0,29%, Straits Times Singapura terkoreksi 1,02%, dan Hang Seng Index melemah 0,33%. Sementara itu, ASX 200 Australia terpangkas 0,72%, dan KOSPI Korea Selatan anjlok 1,84%.

Lemahnya bursa saham Tanah Air dan Asia disebabkan oleh kondisi di China. Seperti diketahui, protes langka terjadi di kota-kota besar China. Ratusan orang turun ke jalan-jalan di kota-kota besar negara itu mulai Minggu (27/11/2022).

Kebijakan zero Covid-19 China membuat publik frustasi sehingga melancar aksi demo. Menyusul demo, otoritas di sejumlah wilayah China mulai mengendurkan kebijakan pembatasan mereka.

Dari Tanah Air, koreksi IHSG pekan lalu juga didorong oleh penurunan saham dengan bobot pergerakan signifikan terhadap IHSG seperti GOTO yang memiliki bobot 6,38% terhadap indeks.

Sudah 10 hari beruntun saham GOTO selalu berakhir di zona merah dan secara total ambruk 40,5%. Ambruknya GOTO ikut menyeret saham sektor teknologi melemah lebih dari 10% pekan lalu.

Sementara itu, nilai tukar rupiah kembali cemerlang dan menguat tajam melawan dolar AS pada pekan lalu, Dengan demikian mata uang Garuda sukses mencatatkan penguatan dua pekan beruntun.

Pada perdagangan Jumat (2/12/2022, rupiah menguat 0,88e% ke Rp 15.425/US$ dan dalam 2 hari hari saja penguatannya nyaris 2%. Dalam sepekan, rupiah sudah melesat 1,59% point-to-point.




Faktor utama dari cemerlangnya rupiah adalah ambruknya dolar AS. Indeks dolar pada pekan lalu ditutup melemah 104,55. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 26 Juni 2022 atau lima bulan lebih.
Indeks dolar melemah setelah Chairman The Fed Jerome Powell mengisyaratkan jika kenaikan suku bunga The Fed akan dinaikkan secara moderat ke depan.

Pernyataan Powell ini menjadi angin segar karena The Fed sudah mengerek suku bunga secara agresif sepanjang tahun ini yakni sebesar 375 bps menjadi 3,75-4,0%. Kenaikan suku bunga secara agresif itu membuat dolar AS dicari dan nilainya melambung. Dengan adanya isyarat suku bunga dinaikkan lebih moderat, dolar AS pun terpuruk.

Sementara itu, yield SBN menguat tajam dalam sepekan terakhir. Pada perdagangan terakhir pekan lalu, yield surat utang pemerintah tenor 10 tahun ditutup di posisi 6,84%. Posisi tersebut adalah yang terkuat sejak pertengahan April 2022 atau lebih dari tujuh bulan lebih.

Dalam sepekan, yield SBN tenor 10 tahun melandai 1,44%. Yield berkebalikan dengan harga. Semakin rendah yield berarti harga SBN semakin bagus dan dicari investor.

Selain karena pernyataan positif Chairman Fed Powell, SBN juga menguat karena makin derasnya capital inflow dari investor asing. Berdasarkan data Bank Indonesia, investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 8,76 triliun pada 28 November -1 Desember 2022.

Faktor positif lain adalah melandainya inflasi Indonesia pada November. Bulan lalu, inflasi Indonesia melandai ke 5,42% (year on year/yoy) pada November 2022 dari 5,71% (yoy) pada Oktober. Dengan inflasi yang melandai maka selisih real rate yang diterima investor SBN juga akan makin besar.

Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts