Meski Yield SBN Naik, Tapi Investor Asing Masih Borong SBN

Jakarta, CNBC Indonesia – Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia atau Surat Berharga Negara (SBN) terpantau naik pada perdagangan Kamis (25/1/2023), menandakan bahwa harga SBN mengalami pelemahan.

Read More

Hal ini juga menandakan bahwa investor cenderung melepas SBN hari ini. Naiknya yield menandai jika SBN sedang dilepas investor karena harganya melemah.

Melansir data dari Refinitiv,SBN tenor 5 tahun menjadi yang paling besar kenaikan yield-nya, yakni bertambah 4 basis poin (bp) ke level 6,421%.

Sedangkan yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara naik 2,1 bp menjadi 6,684% pada hari ini.

Untuk diketahui, pergerakan harga obligasi berbanding terbalik dengan yield. Jadi, ketika yield naik, maka harga akan turun, begitu juga sebaliknya. Saat harga turun, artinya ada aksi lepas oleh investor.

Meski dilepas oleh investor, tetapi investor asing cenderung masih memburunya. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan RI, pada periode 2 Januari hingga 24 Januari 2023, investor asing masih mencatatkan net buy atau inflow sebesar Rp 42,1 triliun.

Adapun sepanjang pekan ini, asing mencatatkan inflow sebesar Rp 30,3 triliun.

Sementara itu dari pasar lelang, yakni pada Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang digelar pada Selasa lalu, penawaran dari asing menembus Rp 7,6 triliun. Jumlah tersebut naik dua kali lipat dibandingkan pada lelang sebelumnya pada 10 Januari lalu sebesar Rp 3,38 triliun.

Impresifnya kinerja pasar keuangan domestik membuat asing masih memburu SBN. Di mana salah satunya yakni kebijakan moneter Bank Indonesia (BI).

BI yang mengindikasikan tidak akan menaikkan suku bunga acuan lagi juga menjadi kabar gembira bagi pelaku pasar keuangan di Indonesia.

Dengan mengendurnya kebijakan moneter maka pertumbuhan ekonomi diharapkan meningkat sehingga konsumsi masyarakat terjaga.

Gubernur BI, Perry Warjiyo pada pekan lalu mengatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan sebesar 225 bp sejak tahun lalu sudah memadai.

“Kenaikan 225 bp adalah yang terukur. Kenaikan secara akumulatif ini memadai untuk memastikan inflasi inti tidak akan lebih tinggi dari 3,7% pada Semester I-2023,” tutur Perry, dalam konferensi pers pengumuman Hasil RDG Januari 2023, Kamis (19/1/2023) pekan lalu.

Tak hanya BI saja, laju kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang berpotensi semakin melambat juga masih direspons positif oleh pasar.

Berdasarkan polling CME Group Data, menunjukkan bahwa peluang The Fed menaikkan suku bunga 25 bp kini mengarah 99,3%.

Sebagai catatan, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 425 bp sejak Maret 2022 menjadi 4,25-4,50%.

The Fed menaikkan suku bunga secara agresif sebesar 75 bp pada periode Juni, Juli, September, dan Oktober 2022. Kenaikan suku bunga diturunkan sebesar 50 bp pada Desember 2022.

The Fed akan menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 31 Januari-1 Februari 2023.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Detik-Detik Harga Pertalite Mau Naik, Harga SBN Menguat

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts