Minat Lelang SUN Tinggi, Akankah Rupiah Lanjut Menguat?

Jakarta, CNBC Indonesia – Melansir dari data Refinitiv, nilai tukar rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin, Selasa (11/7/2023) berhasil menguat sebesar 0,36℅ secara harian menjadi Rp15.135/US$ di pasar spot. Penguatan tersebut menjadi yang pertama terjadi setelah terpuruk selama empat hari beruntun atau tepatnya sejak 5 Juli 2023.

Membaik-nya mata uang Rupiah kemarin disinyalir merespons dari minat beli yang tinggi dari lelang Surat Utang Negara (SUN) yang berlangsung pada Selasa (11/7/2023).

Read More

Menurut data Kementerian Keuangan total penawaran yang masuk mencapai Rp47,79 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan penawaran sebelumnya yang masuk sebesar Rp37,56 triliun. Akan tetapi, pemerintah menetapkan hanya menyerap Rp13 triliun saja.

Minat paling tinggi tertuju pada seri SUN tenor 5 tahun dan 10 tahun dengan penawaran mencapai Rp29,93 triliun atau setara 56,53℅ dari total penawaran.

Sementara dengan tenor yang sama berdasarkan nominal yang dimenangkan nilainya mencapai Rp5,15 triliun atau setara 40℅ dari yang diserap pemerintah.

Pada lelang SUN kali ini juga nampak ada lonjakan tawaran dari investor asing menjadi Rp9,66 triliun dari sebelumnya hanya Rp5,93 triliun. Diketahui, penawaran paling banyak masuk dari asing untuk seri SUN tenor jangka panjang selama 10 tahun dan 15 tahun.

Tingginya minat investor asing pada SUN tenor jangka panjang karena yield yang ditawarkan cukup atraktif dan potensial capital gain yang menarik di tengah prospek ekonomi domestik yang diyakini masih akan tumbuh positif di masa depan.

Pertumbuhan ekonomi yang akan terakselerasi positif tak lepas dari berbagai indikator ekonomi yang mendukung seperti inflasi yang terus melandai dan sudah memasuki target Bank Indonesia (BI) dalam rentang 2℅ – 4℅.

Sebagai informasi, pada pekan lalu rilis inflasi domestik yang hasilnya berhasil melandai ke posisi 3,52℅ secara tahun atau year on year (yoy). Angka tersebut lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 4,01℅ yoy dan konsensus pasar di 3,64℅ yoy. Sementara inflasi inti sebesar 2,58℅ yoy, melandai dari bulan sebelumnya sebesar 2,66℅ yoy.

Kendati demikian, pelaku pasar tetap perlu mengantisipasi kondisi eksternal yang masih bisa menekan pasar keuangan RI dalam jangka pendek. Hari ini, Rabu (12/7/2023) pada pukul 20.30 WIB nanti akan rilis data inflasi AS periode Juni 2023 yang diperkirakan akan melandai ke posisi 3,10℅ yoy dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 4,00℅ yoy.

Angka inflasi bulan lalu sebenarnya sudah turun drastis dari peak-nya pada Juni 2022 sebesar 9,10℅ yoy akibat kebijakan hawkish dari bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

Namun, posisi inflasi AS saat ini kemungkinan besar masih sulit untuk mencapai target the Fed di level 2℅. Oleh karena itu, kebijakan ketat the Fed potensi masih berlanjut dalam pertemuan di sisa akhir tahun ini dan masih bisa meningkatkan ketidakpastian yang perlu diantisipasi pasar.

Teknikal Rupiah

Posisi mata uang Garuda masih berada di atas level psikologis Rp15.000/US$ yang nampaknya masih cukup sulit untuk dipatahkan. Secara teknikal dalam basis waktu satu jam juga menunjukkan tren harga masih naik mengikuti garis rata-rata selama 20 jam dan 50 jam atau moving average 20 dan 50 (MA20 dan MA50) yang artinya rupiah masih dalam tren pelemahan.

Sebagai antisipasi pelemahan lanjutan, pelaku pasar perlu memperhatikan posisi resistance terdekat di Rp15.200 yang diambil berdasarkan high candle pada 10 Juli 2023.

Kendati demikian, apabila melihat dari posisi paling dekat saat ini, akibat penguatan satu hari kemarin setelah empat hari ambruk membuat pergerakan rupiah semakin dekat ke support Rp15.130/US$ berdasarkan MA50-nya. Apabila posisi ini berhasil ditembus rupiah bisa lanjut menguat ke posisi support selanjutnya di Rp15.035/US$ atau menutup gap up yang sempat terjadi pada 6 Juli 2023 lalu.




Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected] 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Dampak Keputusan Fed, Rupiah Terbang 1%

(tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts