penyebabsakit.com

Mulai Ada Titik Cerah, Bursa Wall Street Dibuka Menghijau

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa saham Amerika Serikat (AS) langsung menghijau pada sesi awal pembukaan perdagangan Selasa (6/12/2022).

Indeks Dow Jones dibuka menguat tipis 0,09% ke 33.977,51. Indeks S&P 500 juga menguat 0,05% ke 4.000,72 tetapi indeks Nasdaq melandai 0,07% ke 11.231,64.

Pada penutupan perdagangan kemarin, ketiga bursa utama AS semuanya melemah lebih dari 1%. Bursa berakhir di zona merah setelah PMI sektor jasa AS berlari lebih kencang dari proyeksi pasar.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

PMI sektor jasa AS mencapai 56,5 pada November 2022. Nilai tersebut jauh di atas ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan 53,3.

Lonjakan PMI sektor jasa ini menunjukkan aktivitas ekonomi AS masih kencang sehingga inflasi terancam masih tinggi. Kondisi ini tentu saja tidak diinginkan pelaku pasar karena bisa membuat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mempertahankan kebijakan agresifnya.

Analis UBS Jason Draho mengingatkan meskipun bursa Nasdaq masih melemah tetapi ketiga bursa AS pergerakannya ke depan diproyeksi membaik. Draho bahkan optimis bursa akan menguat ke depan meskipun pertumbuhan ekonomi AS melandai dan suku bunga AS bertahan di level tinggi.

Namun, kondisi tersebut terjadi jika sejalan dengan ekspektasi pasar mengenai inflasi dan suku bunga The Fed. Ekspektasi pasar kini memperkirakan suku bunga The Fed hanya akan naik 50 bps pada Desember.

Data inflasi AS untuk November akan keluar pekan depan. Pasar berekspektasi inflasi akan melandai ke 7,4% (year on year/yoy) pada November 2022, dari 7,5% (yoy) pada Oktober. 

“Investor masih menunggu data inflasi November 2022 dan rapat Federal Open Market Committee (FOMC). Jika tidak ada kejutan dari data tersebut maka momentum penguatan akan berlanjut,” tutur Draho, dikutip dari CNBC International.

Sementara itu, pelaku pasar global juga masih menunggu perkembangan di China. Setelah aksi protes pekan lalu kini semakin banyak kota yang melonggarkan pembatasan kebijakan. Beijing, misalnya, sudah tidak mewajibkan hasil tes negatif Covid-19 sebagai syarat bepergian dengan transportasi umum.

Namun, Nomura Group mengingatkan jika dampak pelonggaran mungkin tidak akan signifikan dalam jangka pendek. Menurut mereka, dampak lockdown sudah semakin mengecil.

Hitungan Nomura menunjukkan dampak pembatasan Covid-19 kepada Produk Domestik Bruto (PDB) kini diperkirakan hanya 19,3%. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan pada pekan lalu yakni 25,1%.

Nomura juga mengingatkan pelonggaran kebijakan secara besar-besaran justru akan menimbulkan masalah karena China tidak siap jika terjadi lonjakan kasus.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Dow Futures Terbang, Wall Street Kembali Berpesta?

(mae/mae)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version