Negara Kaya & China Bikin Harga Minyak Merana, RI Sumringah!

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah terus ambruk. Lonjakan kasus Covid-19 di China dan keputusan Eropa untuk melakukan pembatasan harga minyak mentah Rusia membuat harga minyak dunia ambles.

Read More

Pada perdagangan Jumat (26/11/2022) harga minyak Brent tercatat US$83,63 per barel, turun 2%. Sementara itu, minyak jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) anjlok 2,1% menjadi US$76,28 per barel.

Dalam sepekan minyak mentah Brent ambles 4,6% sedangkan WTI anjlok 4,7%. Dengan penurunan kemarin maka harga minyak mentah sudah jatuh dalam tiga pekan terakhir.

Harga minyak Brent dan WTI sama-sama sudah ambles 5,6% dalam sebulan terakhir.



Terus melandainya harga minyak mentah dunia dipicu oleh kekhawatiran semakin melambatnya ekonomi China serta pembatasan harga minyak mentah Rusia.

Kasus Covid-19 di China terus mencatatkan rekor baru. Pada Jumat (25/11/2022), China melaporkan tambahan kasus harian sebanyak 35.183. Artinya, China mencatatkan rekor tambahan kasus harian sepanjang tiga hari beruntun.  Jumlah kasus pada Jumat juga jauh lebih tinggi dibandingkan pada hari sebelumnya (32.943).

Lonjakan kasus ini tentu saja menjadi kekhawatiran baru mengingat ketatnya kebijakan Covid-19 di China. Dengan tambahan kasus yang terus mencatatkan rekor maka kebijakan pembatasan bisa diperketat sehingga aktivitas ekonomi akan melambat.

China merupakan importir terbesar minyak mentah dunia sehingga melambatnya aktivitas ekonomi di negara tersebut akan mengurangi permintaan sumber energi, termasuk minyak.

Harga minyak juga melandai setelah negara-negara Kelompok Tujuh (G7) dikabarkan telah sepakat mengenai pembatasan harga minyak mentah Rusia. Batas harga yang diusulkan kelompok negara kaya G7 adalah sebesar US$65-US$70 (sekitar Rp1 jutaan) per barel pada minyak Rusia.

Tujuan dari pembatasan harga adalah untuk menghilangkan pendapatan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mendanai serangan militer di Ukraina, tanpa menyebabkan gangguan besar pada pasar minyak global yang akan mendorong harga energi lebih tinggi.

Negara G7, termasuk Amerika Serikat, serta seluruh Uni Eropa dan Australia, berencana untuk menerapkan batasan harga pada ekspor minyak Rusia melalui laut pada 5 Desember.

“Pembatasan harga Rusia adalah katalis lain yang berfungsi untuk membuat harga lebih rendah selama beberapa saat terakhir,” kata Bart Melek, kepala strategi pasar komoditas global di TD Securities, dikutip dari Reuters.

Harga minyak juga berada di bawah tekanan setelahAdministrasi Informasi Energi(EIA) mengatakan pada hari Rabu bahwa persediaan bensin dan sulingan AS naik secara substansial minggu lalu.

Stok bensin AS naik 3,1 juta barel, menurut Administrasi Informasi Energi (EIA),jauh melebihi kenaikan 383.000 barelyang diperkirakan analis.

Data EIA juga menunjukkan penarikan persediaan minyak mentah sebesar 3,7 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 1,1 juta barel.

Terus melandainya harga minyak mentah tentu saja menjadi kabar baik bagi Indonesia yang merupakan net importir untuk minyak.  Dengan harga yang makin melandai maka defisit neraca perdagangan migas akan berkurang. Dengan harga yang terus melandai, harga BBM jenis tertentu, terutama yang non-subsidi juga bisa semakin murah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Minyak Kenapa Sih? Kok Harganya Nggak Naik-naik?


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts