Neraca Dagang Tergerus – Rawan Profit Taking, Rupiah Gimana?


Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah terpantau melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) usai data surplus neraca dagang RI semakin tergerus pada Januari 2024. Hari ini rupiah masih potensi lanjut melemah lantaran bursa saham yang menguat signifikan kemarin sudah rawan profit taking.

Read More

Dilansir dari Refinitiv, rupiah pada perdagangan kemarin, Kamis (15/2/2024) ditutup melemah 0,16% ke angka Rp15.615/US$. Posisi ini mematahkan tren penguatan yang terjadi sejak 7 Februari 2024.

Sebagaimana diketahui BPS, kemarin, melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia Januari 2024 hanya surplus US$2,01 miliar. Ekspor Indonesia pada Januari 2024 turun 8,34% (month to month/mtm) menjadi US$20,52 miliar. Impor US$18,51 miliar atau naik 0,36% (mtm).

Surplus neraca perdagangan beserta ekspor impor yang tercatat lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pelaku pasar yang dihimpun oleh CNBC Indonesia.

Sebelumnya konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari sembilan lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Januari 2024 akan mencapai US$ 2,42 miliar.

Lebih lanjut, ULN yang dirilis BI juga tercatat mengalami kenaikan pada Desember 2023 atau kuartal IV-2024 tercatat sebesar US$407,1 miliar atau Rp6.349,13 triliun (Rp15.596 per US$). Angka ini tumbuh 2,7% (year on year/yoy) dan meningkat 1,54% dibandingkan November 2024.

Beralih ke hari ini, rupiah tampaknya masih akan mendapat tekanan. Pasalnya, kontras dengan rupiah, bursa saham RI kemarin malah bergerak lincah di mana melonjak 1,30%, bahkan sempat menembus level all time high secara intraday.

Pergerakan atraktif hanya dalam satu hari tersebut perlu menjadi perhatian, lantaran bisa menimbulkan efek rawan profit takin pada perdagangan setelahnya. Hal ini bisa memicu aliran dana keluar yang menyebabkan pelemahan pada rupiah.

Dari sisi global, rupiah juga potensi dipengaruhi oleh sentimen pasar tenaga kerja yang masih ketat. Pada Kamis malam Biro Ketenagakerjaan AS merilis klaim pengangguran mingguan yang berakhir pada 10 Februari 2024, hasilnya malah turun ke 212.000 dibandingkan proyeksi pasar yang memperkirakan tetap bertahan di 220.000. 

Dengan kondisi pasar tenaga kerja AS yang ketat, ditambah inflasi yang rilis sebelumnya masih panas, tentu menjadi suatu tantangan ke depan bagi rupiah lantaran akan membuat sikap bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) masih akan berlanjut hawkish. 

Teknikal Rupiah

Tren rupiah melemah kembali dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS), perlu diantisipasi jika ada pelemahan lebih lanjut ke posisi resistance di Rp15.640/US$. Ini didapatkan dari garis rata-rata selama 200 jam atau moving average 200 (MA200).

Sementara itu, jika ada penguatan pelaku pasar bisa mencermati support terdekat yang berada di Rp15.580/US$. Ini didapatkan dari garis horizontal berdasarkan low candle yang diuji intraday pada 13 Februari 2024.

Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Cadev Turun, Neraca Dagang China Susut, Rupiah Waspada!

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts