Ngeri! Tak Sekedar Resesi, Inggris Diramal Hilang 10 Tahun

Jakarta, CNBC Indonesia – Inggris menghadapi masalah serius, tidak sekedar resesi tetapi diperkirakan akan “menghilang 10 tahun”. Berbagai ramalan suram menghantui Inggris belakangan ini, bahkan Bank of England (BoE) sudah menyatakan jika Inggris akan mengalami resesi yang panjang.

Read More

Lebih buruk lagi, Confederation of British Industri (CBI) memperingatkan Inggris bisa mengalami “dasawarsa yang hilang” atau “lost decade”. Jepang pernah mengalaminya, di mana pertumbuhan ekonominya sangat rendah hingga negatif pada periode 1991 – 2000.

“Inggris dalam stagflasi – dengan inflasi yang sangat tinggi, pertumbuhan ekonomi negatif, penurunan produktivitas dan investasi bisnis,” kata Tony Danker, Direktur Jenderal CBI sebagaimana dilansir CNN Business, Rabu (5/12/2022).

CBI menyatakan Inggris kini mengalami kekurangan tenaga kerja terampil. Sebanyak tiga perempat perusahaan dilaporkan mengalami kesulitan mendapatkan tenaga kerja yang mereka butuhkan.

“Kita akan melihat dasawarsa yang hilang jika tidak ada langkah yang diambil. Produk domestik bruto (PDB) adalah pengganda sederhana dari dua faktor: manusia dan produktivitas mereka. Kita tidak memiliki sumber daya manusia yang kita perlukan, begitu juga dengan produktivitasnya,” tambah Danker.

CBI memprediksi PDB Inggris akan minus 0,4% pada tahun depan, berbanding terbalik dengan proyeksi yang diberikan Juni lalu yakni tumbuh 1%.


BoE selaku bank sentral juga sudah mengakui jika Inggris akan mengalami resesi panjang akibat inflasi serta suku bunga tinggi.

“Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan akan terus merosot selama 2023 dan berlanjut hingga semester I-2024 akibat tingginya harga energi dan pengetatan kondisi finansial akan membebani belanja rumah tangga,” kata BoE awal November lalu.

Biro Statistik Inggris sebelumnya melaporkan produk domestik bruto (PDB) di kuartal III-2022 mengalami kontraksi sebesar 0,2% dari kuartal sebelumnya. Sementara jika dilihat dari kuartal III-2021, PDB mampu tumbuh 2,4%.

Jika di kuartal IV nanti PDB kembali mengalami kontraksi, maka Inggris dikategorikan masuk resesi teknikal.

Pada Kamis (15/12/2022) BoE kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 3,5% guna menurunkan inflasi yang mencapai 10,7% year-on-year (yoy), level tertinggi dalam 41 tahun terakhir.

Inflasi yang tinggi mencekik daya beli masyarakat, kemudian suku bunga tinggi membuat ekspansi dunia usaha melambat, begitu juga dengan konsumsi. Alhasil, resesi memang tidak terelakkan lagi.

BoE di bawah pimpinan Andrew Bailey bahkan menyatakan akan merespon dengan kekuatan penuh jika diperlukan untuk menurunkan inflasi.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Gokil! Inflasi Inggris Tembus 10%, Tertinggi Dalam 40 Tahun

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts