Pandu Sjahrir Ogah Investasi Properti Di RI, Ini Alasannya

Jakarta, CNBC Indonesia – Banyak cara untuk mengumpulkan pundi-pundi kekayaan melalui beragam instrumen investasi. Pengusaha sekaligus Wakil Direktur Utama PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) Pandu Patria Sjahrir mengaku dirinya tidak memilih investasi di sektor properti.

Read More

Pria yang merupakan keponakan dari Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan tersebut menyebut, harga rumah di Indonesia sudah terlampau mahal dan minim memberi imbal hasil yang sepadan.

“Saya gak suka beli rumah. Maaf nih ya, kalau ada pengusaha real estate, jangan marah sama saya, ya” kata Pandu dalam unggahan terbaru di akun Instagramnya, Kamis, (3/8/2023).

Dia mengatakan akan membeli satu rumah saat uang tunainya cukup untuk membeli 2-3 rumah. “Kalau tidak, ya jangan, karena tidak efek,” tambahnya.

Berdasarkan perkataan Pandu, investasi di tanah hanya bisa membawa imbal hasil 1-2 persen. Tak jauh berbeda, imbal hasil investasi apartemen juga maksimal sebesar 3 persen.

“Mending taruh di saham yang dividennya 5%-10%,” pungkas pendiri perusahaan permodalan AC Ventures tersebut.

Menurut Pandu, kebanyakan orang tua zaman dulu menyarankan anaknya untuk membeli tanah karena imbal hasilnya bisa mencapai 8-10 persen. Ditambah, orang jaman dulu juga membayar uang muka atau down payment (DP) selama dua tahun.

“Jadi cepat uangnya cepat ditarik. Sekarang sudah tidak seperti itu, yang terjadi rental tambah tinggi tapi apresiasi rumahnya tidak,” tandasnya.

Sebagai gambaran, harga tanah di wilayah Jakarta termasuk menjadi yang tertinggi, bahkan ada yang menembus Rp 200 juta per meternya. Padahal, ada rencana ibu kota pindah ke Kalimantan Timur.

Sementara itu, Senior Associate Director Research Colliers International Ferry Salanto bahkan pesimis harga tanah di Jakarta bisa turun.

“Tanah Jakarta akan susah turun, karena Jakarta didesain sebagai pusat komersial. IKN (Ibu Kota Nusantara) hanya memindahkan kegiatan penyelenggaraan negara, yang akan terkonsentrasi di situ pemerintahan. Sedangkan komersial tetap di Jakarta,” ujarnya.

Misalnya, harga tanah di Central Business District (CBD) Sudirman paling tinggi di antara wilayah lain. Kawasan yang dijuluki segitiga emas itu memiliki tanah dengan harga rata-rata Rp 60-200 juta per meter persegi.

Di kawasan elite Menteng, harga tanah berkisar antara Rp 50 juta hingga Rp 125 juta per meter persegi.

Sementara di Kebayoran Baru dan Pondok Indah harga tanah masing-masing dipatok senilai Rp 50 juta hingga Rp 100 juta per meter persegi dan Rp 40 juta-Rp 100 juta per meter persegi.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Emiten Pandu Sjahrir Nyari Tambahan Modal, Buat Apa?

(mkh/mkh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts