Pegang Saham Batu Bara Rp 100 Juta Sejam, Bisa Cuan Rp3 Juta!

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga mayoritas saham emiten batu bara terpantau bergairah pada perdagangan sesi I Rabu (22/2/2023), di tengah rebound-nya harga batu bara acuan dunia kemarin.

Read More

Hingga pukul 09:23 WIB, setidaknya 12 saham batu bara menguat pagi hari ini. Bahkan, sembilan saham batu bara terpantau sudah melesat 1% – 3% lebih.

Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.














Saham Kode Saham Harga Terakhir Perubahan
Mitrabahtera Segara Sejahtera MBSS 1.080 3,35%
Adaro Energy Indonesia ADRO 2.870 1,77%
Indo Tambangraya Megah ITMG 35.700 1,56%
Bumi Resources BUMI 137 1,48%
Borneo Olah Sarana Sukses BOSS 70 1,45%
Delta Dunia Makmur DOID 286 1,42%
Mitrabara Adiperdana MBAP 6.200 1,22%
Bukit Asam PTBA 3.560 1,14%
Adaro Minerals Indonesia ADMR 1.435 1,06%
Baramulti Suksessarana BSSR 3.950 0,77%
Bayan Resources BYAN 18.600 0,68%
Indika Energy INDY 2.270 0,44%

Sumber: RTI

Saham PT Mitrabahtera Segara Sejahtera Tbk (MBSS) menjadi yang paling besar penguatannya pada pagi hari ini, yakni melonjak 3,35% ke posisi harga Rp 1.080/saham.

Sedikit simulasi, andai investor pegang saham MBSS Rp 100 juta pukul 9.00 tadi, maka portofolionya sudah naik Rp 3,35 juta menjadi Rp 103,35 juta pada pukul 10.00.

Simulasi yang sama juga bisa dilakukan untuk saham saham batu bara berkapitalisasi pasar besar (big cap) yakni PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). Namun, kenaikan saham ini tak sekencang MBSS. Saham ADRO naik 1,77% ke harga Rp 2.870/saham.

Selain ADRO, beberapa saham batu bara big cap juga terpantau menguat lebih dari 1%, seperti saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Tetapi, untuk saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dan PT Indika Energy Tbk (INDY) terpantau menguat kurang dari 1%, dengan menguat masing-masing 0,68% dan 0,44%.

Harga batu bara langsung terbang setelah China dan India memberi sinyal akan memborong batu bara dalam jumlah besar.

Pada perdagangan Selasa kemarin, harga batu kontrak Maret di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 197 per ton. Harganya terbang 9,75% atau hampir 10% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.

Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 13 Februari lalu atau sepakan terakhir. Kenaikan sebesar 9,75% juga menjadi yang terbesar sejak 4 Mei 2022 atau sembilan bulan terakhir.

Penguatan kemarin juga mengakhiri tren negatif batu bara yang sudah melemah dalam tiga hari sebelumnya. Kenaikan harga kemarin juga kembali mendekatkan batu bara ke level psikologis US$ 200 per ton.

Lonjakan harga batu bara dipicu oleh sentimen positif dari dua konsumen terbesar di dunia yakni China dan India.

Dikutip dari Reuters, China sudah mulai melipatgandakan pembelian batu bara dari Australia.

Pada Januari 2023, China sudah mengizinkan empat perusahaan mengimpor batu bara dari Australia setelah Beijing menghapus embargo.

China sempat menghentikan impor batu bara sejak Oktober 2020 hingga akhir 2022 sebagai protes kepada Australia yang menuduh mereka sebagai penyebab penyebaran Covid-19.

Setelah embargo dibuka, kapal-kapal dari China kembali mendekati Australia. Setidaknya 15 kapal dengan kapasitas muatan 1,4 juta ton sudah bergerak dari China ke Australia pada Februari tahun ini.

Sebanyak 1 juta ton batu bara thermal juga sudah dipesan dan siap diangkut ke China.

Dibukanya kembali impor dari Australia oleh China akan memperketat persaingan. Pasalnya, Australia sudah menekan kontrak dan membuka pasar baru selama China absen membeli batu bara mereka.

Sebagai catatan, Australia adalah eksportir terbesar untuk batu bara kokas yang biasanya berkalori tinggi. Jenis tersebut banyak digunakan sebagai bahan material idnustri baja,

Australia juga menjadi eksportir terbesar kedua untuk batu bara thermal setelah Indonesia.

Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) memperkirakan ekspor batu bata metalurgi Australia mencapai 166 juta ton pada 2022, Jumlah tersebut setara dengan 54% pasokan global.

Pada 2020, China mengimpor batu bara metalurgi sebesar 34,97 juta ton dari Australia atau 48% dari total.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Beli Kapal, Saham Habco (HATM) Perlahan ‘Mengapung’

(chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts