Pengguna QRIS Melesat, AstraPay Targetkan Transaksi Tembus Rp52,59 T


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Total pengguna AstraPay sampai dengan bulan Mei 2024 sudah mencapai 13 juta pengguna dengan jumlah transaksi mencapai 32 juta kali serta pencapaian Gross Transaction Value (GTV) yang mencapai Rp19,03 triliun pada periode Januari-Mei 2024.

Chief Executive Officer (CEO) AstraPay, Rina Apriana mengungkapkan, layanan dompet digital memainkan peran penting dalam ekosistem pembayaran digital yang semakin berkembang.

“Dengan meningkatnya adopsi teknologi keuangan, penggunaan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) sebagai salah satu metode pembayaran digital juga semakin meluas dengan kemudahan dan kecepatan bertransaksi yang ditawarkan. Penggunaan QRIS lebih masif untuk sejumlah merchant khususnya bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),” tutur Rina, Jumat (14/6/2024).

Sampai dengan akhir tahun 2024 nanti, AstraPay menargetkan 15 juta pengguna dengan jumlah transaksi yang kami targetkan sebesar 32 juta kali serta dengan GTV yang ditargetkan mencapai Rp52,59 triliun,” kata Rina.

Kepala Grup Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia, Diana Yumanita, mengatakan sistem pembayaran digital di Indonesia diharapkan dapat terus semakin kuat, karena sangat memberikan dampak positif bagi perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari volume transaksi QRIS yang mencapai Rp459,4 triliun pada tahun 2023. 

“Di tengah pesatnya perkembangan sistem pembayaran digital saat ini, tentu literasi keuangan digital menjadi tantangan yang perlu diatasi. Literasi keuangan digital menjadi sangat penting agar masyarakat dapat memahami manfaat dan hal-hal lain yang perlu diperhatikan dari penggunaan sistem pembayaran digital. Tanpa pemahaman yang memadai, masyarakat bisa rentan terhadap penipuan, penyalahgunaan data, dan masalah keamanan lainnya.,” tutur Diana.

Di tengah pemaparannya, Diana menyebutkan bahwa saat ini masih terdapat gap antara tingkat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.

“Rendahnya tingkat literasi tersebut, tentu dibutuhkan kolaborasi dari seluruh pihak untuk bisa mendorong pemahaman literasi keuangan yang lebih baik kedepannya,” kata Diana.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengarahkan kebijakan sistem pembayaran melalui penguatan literasi digital serta manajemen risiko bagi penyelenggara dan masyarakat.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Jemaah Sabar! Aktivasi QRIS Arab Saudi Setelah UEA

(ayh/ayh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts