penyebabsakit.com

Perang Rusia Vs Ukraina Sempat Bikin KRAS Cuan, Kok Bisa Ya?

Jakarta, CNBC Indonesia – Direktur Utama PT Krakatau Steel Silmy Karim mengungkapkan perang Rusia vs Ukraina sempat dinikmati pelaku industri baja. Di mana harga melonjak meski kondisi itu hanya sementara.

“Awalnya menikmati karena kelangkaan dan harga tinggi. Namun setiap ada perubahan yang drastis, pasar merespons cepat, ekonomi menurun, inflasi meningkat sehingga konsentrasinya memerangi inflasi bukan pembangunan. Jadi penurunan demand atas baja terjadi,” kata Silmy dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (29/11/2022).

Dia menjelaskan, harga baja pada tiga bulan pertama setelah perang meningkat hingga mencapai US$ 1.200 per ton. Saat ini harga sudah kembali menurun hingga separuhnya.

“Saat ini kembali lagi US$ 600 – US$ 700. Jadi itu di awal saja. In the long run ini koreksi. Makanya EBITDA kita turun padahal penjualan naik karena memang di Q3-2022 itu ada penurunan drastis dari harga baja dunia,” kata Silmy.

Dari paparan kinerja perusahaan KRAS, volume penjualan baja periode Januari – September 2022, KRAS meningkat 6,9% dari 1,3 juta ton menjadi 1,4 juta ton.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Pendapatan perusahaan meningkat 14,5% menjadi US$ 1,8 miliar dari US$ 1,6 miliar, dari kontribusi penjualan volume juga kenaikan harga harga jual Hot Strip Mill dan Cold Rolling Mill sebesar 22,8% dari US$ 741 per ton menjadi US$ 910 per ton. Adapun laba bersih meningkat 134% menjadi US$ 80,3 juta dari US$ 59,5 juta.

Namun EBITDA perusahaan tidak lebih besar dari periode sama tahun 2021 lalu, yakni sebesar US$ 114 juta dari US$ 116 juta.

Silmy menjelaskan harga baja saat ini masih wait and see bertahan di level US$ 600 – US$ 700. Namun setelah Imlek kemungkinan baru mengalami peningkatan.

“Imlek fenomena akhir tahun biasanya agak naik lagi. Ditambah setelah rapat Partai Komunis China, ekonomi China harusnya bergerak tapi sekarang mereka masih lockdown,” katanya.

“Harga sekarang di bawah sebelum perang, peak-nya mau mulai perang, harga bertahan. Lalu turun drastis kemudian mau merangkak lagi cenderung stabil,” tambah Silmy.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Bursa Rusia Diramal Bangkit, Sinyal Perdamaian Dengan Barat?

(miq/miq)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version