Perkasa, Penguatan Rupiah Mulus Lawan Dolar

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah perkasa melawan dolar Amerika Serikat pada pekan ini, bahkan sempat menyentuh Rp15.500.
Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan pekan ini di Rp 14.670/US$, menguat tipis 0,03% saja. Dalam sepekan rupiah berhasil menguat 0,03%.

Read More

Indeks dolar AS yang tenggelam merespon kebijakan bank sentral AS (The Fed) membuat rupiah mulus melenggang. Bahkan pada perdagangan Kamis (5/52023) rupiah sempat menyentuh Rp14.560/US$ yang merupakan level terkuat sejak 10 Juni 2022.

The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5% – 5,25%, menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2007. Kenaikan tersebut sesuai ekspektasi pelaku pasar.

Akan tetapi yang paling disorot adalah Powell yang memberikan sinyal ini bisa menjadi akhir periode kenaikan suku bunga.

“Bagian yang paling diperhatikan dari pernyataan The Fed yakni outlook kebijakan moneter ke depannya, para pembuat kebijakan (FOMC) bersikap melunak terhadap perlunya pengetatan moneter tambahan,” kata Jay Bryson, kepala ekonom di Wells Fargo, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (4/5/2023).

Pasca pernyataan tersebut pasar melihat The Fed sudah mencapai puncak suku bunganya, terlihat dari perangkat FedWatch milik CME Group. Bahkan banyak yang memprediksi Jerome Powell dkk akan memangkas suku bunga pada Juli.

Data dari FedWatch menunjukkan ada probabilitas sebesar 52% suku bunga akan dipangkas 25 basis poin. Indeks dolar AS pun merosot 0,6% dan berlanjut 0,1% sore ini.

Sejak Maret 2022 lalu, The Fed sudah menaikkan suku bunga sebanyak 10 kali dengan total 525 basis poin. Kenaikan yang sangat agresif, bertujuan untuk menurunkan inflasi.

Pengangguran dan Krisis Bank Dekatkan AS ke Resesi

Sementara itu untuk data tenaga kerja, hasil polling Reuters menunjukkan tingkat pengangguran AS diprediksi akan naik menjadi 3,6% pada April, dari bulan sebelumnya 3,5%. Kemudian penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls) sebanyak 180 ribu orang, lebih rendah dari sebelumnya 236 ribu orang.

Namun, kenaikan rata-rata upah per jam diperkirakan masih kuat, sebesar 0,3% (month-to-month/mtm) dan 4,2% (yoy).

Data pengangguran yang diperkirakan naik melengkapi kekhawatiran investor akan resesi Paman Sam setelah krisis perbankan tampaknya masih terus berlanjut.

Sejak kegagalan tiga bank regional pada Maret 2023, investor melihat resesi Amerika Serikat adalah keniscayaan.

Apalagi krisis bank AS terus berlanjut dan terus menyebar menggerogoti bank loan. PacWest Bancorp asal Sna Fransisco bahkan sedang mempertimbangkan penjualan bank. Padahal baru pekan lalu First Republic bangkrut dan mencatatkan kegagalan bank terbesar kedua dalam sejarah AS setelah Washington Mutual pada 2008.

Lebih parah, sebuah studi mengenai kerapuhan system perbankan AS mengemukakan bahwa ada 186 bank lagi yang berisiko bangkrut. Bahkan dengan kondisi setengah dari deposan mereka tidak diasuransikan memutuskan untuk menarik dana serempak.

Kondisi ini juga yang membuat para pelaku pasar mendesak The Fed untuk menurunkan pandangan hawkish menjadi dovish dalam kebijakan suku bunganya.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Rupiah Agak ‘Malas’ Pekan Ini, tapi Cuma Tipis-Tipis Aja

(dce)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts