Pertemuan Tahunan BI Jadi ‘Jamu’ Rupiah Libas Dolar Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia – Pekan ini rupiah kembali menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan sukses mencatatkan penguatan dua pekan beruntun. Pada perdagangan Jumat (2/12/2022, rupiah pada hari ini menguat 0,89% ke Rp 15.425/US$ dan dalam 2 hari hari saja penguatannya nyaris 2%.

Read More

Meski perdagangan awal pekan ini sempat melorot, secara minggu rupiah mampu melibas dolar dengan penguatan 1,56% point-to-point. Rupiah sudah mulai menguat sejak Rabu lalu, saat ada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia. Saat itu, Bank Indonesia (BI) memastikan nilai tukar rupiah akan menguat terhadap dolar AS, asalkan gejolak pada pasar keuangan global mereda.


“Stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga komitmen tinggi BI terhadap rupiah pada 2023 Insyaallah menghendaki akan menguat apabila gejolak global mulai mereda,”kata Gubernur BI Perry Warjiyo.

Meski kondisi global belum membaik, tetapi rupiah sukses terus menguat. Penguatan tajam rupiah dimulai setelah ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell menyatakan laju kenaikan suku bunga bisa dikendurkan di bulan ini.

Artinya, The Fed kemungkinan tidak lagi menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin tetapi 50 basis poin.

Selain itu, tanda-tanda rupiah akan menguat juga terindikasi dari capital inflow yang terjadi di pasar obligasi.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), sepanjang bulan ini hingga 21 November, investor asing melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder senilai Rp 16 triliun. Porsi kepemilikan asing pun meningkat menjadi Rp 729,24 triliun.

Inflow tersebut menjadi yang terbesar di tahun ini. Tercatat sejak awal tahun, inflow hanya terjadi pada Februari dan Agustus saja.

Tidak hanya di pasar sekunder, lelang obligasi yang dilakukan pemerintah juga kembali diminati investor asing.

Jumlah penawaran dari investor asing pada lelang Surat Utang Negara (SUN), Selasa (23/11/2022) kemarin mencapai Rp 6,4 triliun. Jumlah tersebut naik hampir dua kali lipat dibandingkan lelang sebelumnya yang tercatat Rp 3,62 triliun, dan naik tiga kali lipat dibandingkan pada lelang sebulan sebelumnya yakni 27September 2022 (Rp 1,7 triliun).

Ketika investor asing mulai masuk lagi ke dalam negeri, maka rupiah tentunya semakin bertenaga.

Kemudian inflasi di dalam negeri juga terus mengalami penurunan. Kemarin Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada November 2022 mencapai 5,42% secara year-on-year (yoy). Inflasi lebih rendah dibandingkan pada Oktober yang tercatat 5,71%.

“Tekanan inflasi melemah pada November2022,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa (Disjas) BPS, Setianto dalam konferensi pers, Kamis (1/12/2022)

Sementara itu inflasi inti tumbuh 3,3% (yoy), turun tipis dari bulan sebelumnya 3,31%.

Penurunan inflasi tersebut tentunya menjadi sentimen positif, sebab daya beli masyarakat bisa lebih kuat, yang akhirnya menopang pertumbuhan ekonomi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Ekonomi AS Tertekan, Rupiah Balik Ke Rp 14.830/US$ Pekan Ini

(fsd/luc)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts