Perusahaan Tambang Bill Gates Temukan Harta Karun Raksasa di Afrika


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah perusahaan rintisan (startup) pertambangan yang terafiliasi dengan Bill Gates dan Jeff Bezos KoBold Metals telah menemukan cadangan tembaga dalam jumlah besar di Zambia.

Melansir Financial Times, penemuan ini berpotensi mendorong upaya negara-negara Barat untuk mengurangi ketergantungannya pada Tiongkok terhadap logam-logam penting dan kritikaal dalam upaya dekarbonisasi mulai dari mobil hingga transmisi listrik.

KoBold Metals mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah menemukan deposit tembaga terbesar di Zambia dalam satu abad, dan memperkirakan bahwa situs Mingomba di provinsi Copperbelt utara akan menjadi salah satu dari tiga tambang tembaga kadar tinggi di dunia.

Penemuan ini terjadi ketika pemerintah AS memulai ekspansi dan dorongan infrastruktur di Afrika dalam upaya untuk bersaing dengan kendali Tiongkok atas mineral yang sangat penting untuk pertahanan, energi terbarukan, dan kendaraan listrik. Pemerintah AS pun telah mendukung pengembangan jalur kereta api Lobito, jalur transportasi logam di wilayah yang menghubungkan Republik Demokratik Kongo dan Zambia ke pelabuhan Lobito di Angola.

Perlu diketahui, meskipun permintaan tembaga diperkirakan akan melonjak seiring dengan upaya negara-negara untuk melakukan elektrifikasi pada sistem transportasi mereka dan beralih ke energi terbarukan, perusahaan pertambangan terbesar di dunia kesulitan menemukan cadangan besar berkualitas tinggi.

Tembaga, yang banyak digunakan dalam konstruksi dan industri, diperkirakan akan mengalami lonjakan permintaan karena banyak digunakan dalam saluran transmisi listrik, kendaraan listrik, dan turbin angin.

KoBold memperkirakan Mingomba akan menyaingi output proyek raksasa Kamoa-Kakula milik miliarder AS Robert Friedland di Republik Demokratik Kongo.

Didukung oleh Breakthrough Energy Ventures, sebuah perusahaan investasi perubahan iklim yang didirikan oleh Bill Gates, KoBold menggunakan kecerdasan buatan untuk mengikis arsip sejarah geologi – termasuk PDF lama dan bahkan peta yang dilukis dengan tangan di atas linen – dan menggunakan algoritma untuk membantu memutuskan di mana akan melakukan eksplorasi mineral.

Perusahaan yang berbasis di California ini bernilai US$1,15 miliar, dan juga dimiliki oleh BHP, grup pertambangan terbesar di dunia, dan perusahaan minyak Equinor, sebagai investor.

KoBold bertujuan untuk mulai memproduksi tembaga di tambang bawah tanah senilai US$2 miliar pada awal tahun 2030-an.

Proyek ini belum melakukan studi pra-kelayakan, yang memberikan perkiraan awal mengenai biaya proyek dan seberapa ekonomis logam tersebut dapat diekstraksi.

Jika berhasil, proyek ini akan berperan besar dalam memenuhi ambisi Presiden Zambia Hakainde Hichilema untuk meningkatkan produksi tembaga sebanyak tiga kali lipat menjadi 3 juta ton pada tahun 2032, dan membantu negara tersebut keluar dari utang.

Pengeluaran perusahaan pertambangan terbesar di dunia untuk eksplorasi tembaga relatif kecil dibandingkan volume logam yang diperkirakan dibutuhkan dunia, kata Goldman. Sementara itu, perusahaan eksplorasi kesulitan mendapatkan modal karena kenaikan suku bunga.

Goldman menambahkan, perseroan sedang mengevaluasi listing publik dalam tiga atau empat tahun ke depan.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Harga Tembaga Tinggi, Saham Kabel SCCO Masih Prospek Gak Nih?

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts