Pidato Powell Bikin Geger, Wall Street Ditutup Bergejolak

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ditutup tak kompak pada perdagangan Rabu (28/6/2023) waktu setempat setelah Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengisyaratkan akan lebih banyak kenaikan suku bunga karena inflasi diramal tidak sesuai target bank sentral “tahun ini atau tahun depan.”

Read More

Indeks Dow Jones ditutup menurun 0,22% di posisi 33.852,66, S&P 500 juga ditutup melemah 0,04% di posisi 4.376,86, sementara Nasdaq dibuka menguat 0,27% di posisi 13.591,75.

Di forum Bank Sentral Eropa pada hari Rabu, Powell juga mengatakan The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga lebih lanjut pada pertemuan kebijakan berikutnya yang dijadwalkan akhir Juli.

S&P 500 menghabiskan sebagian besar sesi di zona merah, investor tampaknya menerima komentar Powell dengan tenang karena tanda-tanda kekuatan ekonomi, menurut Quincy Krosby, Kepala Strategi Global LPL Financial.

“Pondasi yang lebih kuat untuk ekonomi menunjukkan bahwa resesi masih belum diperkirakan dalam waktu dekat, dan mengingat ketahanan di pasar tenaga kerja, ekonomi mungkin dapat mencerna kenaikan suku bunga 25 basis poin,” upca Krosby pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal.

Dengan inflasi yang masih tinggi, CEO Phil Blancato, Ladenburg Asset Management, mengatakan Powell “tidak salah” untuk menjaga kebijakan tetap ketat. Dia juga mencatat tren musiman dengan liburan Hari Kemerdekaan AS 4 Juli yang akan datang “setelah enam bulan pertama yang luar biasa tahun ini untuk growth stocks.”

Para pelaku pasar sekarang melihat peluang 79,4% mengenai kenaikan suku bunga Fed sebesar 25 basis poin ke kisaran 5,25%-5,50% pada bulan Juli dan memperkirakan bank sentral akan mempertahankan suku bunga hingga akhir tahun 2023, menurut Fedwatch CMEGroup.

Apple Inc AAPL.O mencapai rekor tertinggi sepanjang masa selama sesi tersebut dan mencatatkan rekor tertinggi penutupan untuk sesi kedua berturut-turut. Tesla TSLA.O, Microsoft MSFT.O, dan Alphabet GOOGL.O juga pendorong terbesar S&P 500.

Tetapi produsen chip Nvidia NVDA.O ditutup turun 1,8% dan menjadi hambatan utama benchmark setelah Wall Street Journal melaporkan Amerika Serikat dapat memberlakukan pembatasan baru pada ekspor chip AI ke China.

Empat dari 11 sektor utama S&P 500 naik, dengan energi SPNY naik 1% sementara layanan komunikasi SPLRCL bertambah 0,8%. Penurunan terbesar adalah utilitas defensif SPLRCU yang berakhir turun 1,5%.

LPL’s Krosby juga menyambut kenaikan indeks saham berkapitalisasi kecil Russell 2000, yang menambahkan 0,5% untuk kenaikan hari ketiga berturut-turut, di pasar yang sangat bergantung pada megacaps untuk keuntungan tahun ini.

“Dengan kenaikan Russell, kekhawatiran atas pasar yang berat dan sempit mulai diredakan karena perusahaan kecil dan menengah menarik minat investor,” ungkapnya.

Investor menunggu pembacaan indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), pengukur inflasi yang disukai The Fed, data klaim pengangguran awal dan pembacaan akhir PDB kuartal pertama akhir pekan ini untuk menilai keadaan ekonomi AS.

Wall Street tercatat 9,89 miliar saham berpindah tangan dibandingkan dengan rata-rata 11,57 miliar untuk 20 sesi terakhir.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Optimis Akan Kinerja Sektor Ritel, Wall Street Dibuka Menguat

(saw/saw)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts