Raja Media di Balik Ganjar dan Anies, Siapa Paling Kaya?

Jakarta, CNBC Indonesia – Poros kekuatan calon presiden (capres) pada Pemilihan Presiden atauPilpres 2024 semakin terlihat jelas. Sejumlah partai besar telah menyatakan dukungan kepada masing-masing capres yang akan berlaga pada kontestasi politik tahun depan. 

Read More

Awalnya Partai Nasdem, partai pengusung, telah terlebih dahulu mendeklarasikan dukungan kepada Anies Baswedan pada Oktober 2022. Kemudian dalam perjalananya PKS dan Partai Demokrat ikut menyatakan dukungan kepada mantan menteri pendidikan tersebut. 

Sementara itu Ganjar Pranowo yang diusung oleh PDI Perjuangan didukung oleh PPP, Perindo, dan Hanura. 

Menariknya ada raja media di balik masing-masing capres tersebut. Sebagaimana diketahui, Ketua Umum Nasdem Surya Paloh merupakan pengusaha yang bergerak di berbagai bidang, satu di antara gurita bisnisnya adalah Media Group yang bermarkas di Kebon Jeruk.

Kemudian dalam daftar pendukung Ganjar Pranowo ada Ketua UmumPerindo Hary Tanoesoedibjo. Gurita bisnisnya juga besar dan dikenal sebagai bos media dari Kebon Sirih.

Lantas di antara kedua raja media Kebon Jeruk dan Kebon Sirih tersebut siapa yang paling kaya?

Surya Paloh

Jauh sebelum menjadi bos media kakap, pria dengan nama panjang Surya Dharma Paloh sudah sejak lama berkiprah dalam dunia bisnis.

Ia merupakan anak dari pasangan Daud Paloh dan Nursiah Paloh. Dia lahir di Banda Aceh 16 Juli 1951 namun besar di Sumatra Utara. Di Medan dia berkembang menjadi seorang pengusaha.

Mengutip detikcom, Surya saat sedang mengenyam pendidikan di sekolah, sering berjualan mulai dari karung goni, teh hingga ikan asin yang dia beli dari dua orang sahabatnya. Dia juga menyelesaikan pendidikan sarjananya di Universitas Islam Sumatra Utara di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Sejak muda Surya memang dikenal aktif berorganisasi.

Meski begitu dia juga pernah merasakan bekerja. Saat masih SMA, Surya sempat bekerja di Travel Biro Seulawah Air Service. Hasratnya berpolitik sama besarnya dengan hasrat menjadi pengusaha.

Surya pun serius menjalani usaha dengan mendirikan perusahaan yang menjual berbagai jenis jasa. Dia juga diketahui sempat mendirikan perusahaan jasa boga yang kini menjadi perusahaan catering terbesar.

Tak puas dengan kesuksesannya di bidang boga, Surya melihat ada peluang di bidang usaha media. Awalnya dia mendirikan Surat Kabar Harian Prioritas. Namun medianya itu harus berakhir karena dicabut SIUPP-nya oleh pemerintah.

Namun hal itu tidak membuatnya kapok. Surya Paloh justru semakin bernafsu untuk mengembangkan bisnis media. Pada 1989 dia bekerjasama dengan Yously Syah untuk mengelola Media Indonesia. Dia juga menghidupkan kembali Majalah Vista bersama dengan Achmad Taufik.

Keuletannya pun berbuah hasil. Harta kekayaan Surya pada tahun 2018 ditaksir mencapai Rp 8,74 triliun. Ini menempatkan bos Media Group tersebut sebagai orang terkaya ke-77 dari 150 orang di Indonesia versi Globe Asia.

Grup bisnisnya juga merambah juga ke industri perhotelan, melalui anak perusahaannya Media Group Hospitality. Tercatat Intercontinental Bali Resrot, The Papandayan, dan The Media Hotel and Tower adalah deretan hotel milik pria kelahiran Aceh tersebut.

Surya juga menjajaki sektor pertambangan, antara lain PT Emas Mineral Murni, di PT Pusaka Marmer Indahraya (PUMARIN) melalui PT Surya Energy Raya. Selain itu, Media Group juga bekerja sama dengan PT China Sonangol Media Investment (CSMI) sejak 2009

Hary Tanoe

Hary Tanoe ditaksir memiliki harta kekayaan mencapai US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 15 triliun (kurs Rp 15.000/dolar AS). Hal ini berdasarkan laporan dari Forbes Indonesia’s 50 Rich List, Jumat (25/8/2023).

Menurut catatan detikcom, Hary Tanoesoedibjo merupakan anak dari Ahmad Tanoesoedibjo, yang merupakan pendiri MNC Group dan hingga saat ini masih menjabat sebagai Chairman PT MNC Investama Tbk, dahulu PT Bhakti Investama Tbk.

Hary Tanoe telah mulai membangun bisnis media segera setelah ia lulus kuliah. Hingga saat ini dirinya memiliki lebih dari 60 stasiun TV, stasiun radio, dan surat kabar. Hary Tanoe juga menjabat di berbagai anak perusahaan MNC Group.

Dirinya diketahui sudah menjabat sebagai Komisaris Utama PT MNC sejak bulan Februari 2004. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Direktur Utama pada PT Global Mediacom Tbk sejak 2002, PT Media Nusantara Citra Tbk sejak 2004, PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) sejak 2010, PT MNC Land Tbk sejak 2011, PT GLD Property sejak 2012.

Selain itu, Hary Tanoe juga menjabat sebagai Komisaris Utama pada PT MNC Sky Vision Tbk (Indovision) sejak 2006, PT MNC Sekuritas sejak 2004, PT Global Informasi Bermutu (Global TV) sejak 2009, PT Media Nusantara Informasi sejak 2009 dan PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (MNCTV) sejak 2011.

Tidak lama setelah itu, pada 2016 ia mengundurkan diri sebagai CEO Media Nusantara Citra (MNC), yang memiliki empat stasiun TV nasional, untuk fokus pada politik.

Lalu, pada 11 Maret 2022 lalu, PT MNC Studios International Tbk (MSIN) mengubah namanya menjadi PT MNC Digital Entertainment Tbk pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Hary Tanoe pada saat itu diangkat sebagai Direktur Utama MNC Digital, menggantikan Ella Kartika yang akhirnya menempati posisi direktur.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Prabowo, Anies dan Ganjar, Siapa Paling Tajir Melintir?

(mkh/mkh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts