Resesi Bikin Jiper, Harga Minyak Merana di Pekan Pertama 2023

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah pada pekan ini terpantau terpuruk karena resesi ekonomi yang diperkirakan akan memakan sepertiga negara di dunia.

Read More

Harga minyak kontrak jenis Brent ambruk 8,54% secara point-to-point (ptp) dibanding posisi penutupan pekan lalu ke US$ 78,57 per barel. Sedangkan untuk minyak kontrak jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) anjlok 8,09% ke US$ 73,77 per barel pekan ini.

Pada perdagangan Jumat (6/1/2023) pekan ini, harga minyak acuan dunia terpantau bervariasi, di mana harga Brent melemah 0,15%, sedangkan WTI menguat 0,14%.

Pasar khawatir bahwa permintaan akan menyusut karena kekhawatiran akan terjadinya resesi global di tahun 2023.

“Minyak mentah diperdagangkan lebih rendah di tengah kekhawatiran seputar COVID-19 China dan The Fed memaksa resesi global… keduanya menuntut peristiwa penghancuran,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.

Para pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) berkomitmen untuk memerangi inflasi dan mengharapkan suku bunga yang lebih tinggi tetap berlaku sampai lebih banyak kemajuan dibuat, menurut risalah yang dirilis Rabu lalu dari pertemuan bulan Desember.

“Peserta umumnya mengamati bahwa sikap kebijakan yang membatasi perlu dipertahankan sampai data yang masuk memberikan keyakinan bahwa inflasi berada pada jalur penurunan yang berkelanjutan hingga 2 persen, yang kemungkinan akan memakan waktu lama,” berdasarkan ringkasan pertemuan.

“Mengingat tingkat inflasi yang terus-menerus dan tidak dapat diterima, beberapa peserta berkomentar bahwa pengalaman sejarah memperingatkan terhadap kebijakan moneter yang melonggarkan sebelum waktunya.”

Kebijakan kenaikan suku bunga acuan memicu resesi ekonomi global.

Hal ini juga disampaikan oleh Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).

Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva mengatakan untuk sebagian besar ekonomi global, 2023 akan menjadi tahun yang sulit karena mesin utama pertumbuhan global, seperti AS, Uni Eropa, dan China, di mana menurutnya semuanya mengalami aktivitas yang melemah.

“Tahun baru akan menjadi lebih sulit daripada tahun yang kita tinggalkan. Mengapa? Karena tiga ekonomi besar yakni AS, Uni Eropa, dan China, semuanya melambat secara bersamaan,” kata Georgieva kepada CBS, dikutip Reuters, Senin (2/1/2023).

Sementara itu, berdasarkan laporan dari Institute for Supply Management (ISM), aktivitas industri jasa AS pada November 2022 mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam lebih dari 2,5 tahun terakhir.

Tetapi laporan lain menunjukkan ekonomi AS mulai membaik dengan banyaknya pembukaan lapangan pekerjaan pada Desember 2022. Hal ini mendorong tingkat pengangguran kembali ke level terendah pra-pandemi sebesar 3,5%.

Sementara itu stok minyak mentah AS kemungkinan naik 1,2 juta barel pekan lalu, dengan persediaan sulingan diperkirakan turun, jajak pendapat Reuters yang direvisi menunjukkan.

Persediaan minyak mentah AS kemungkinan naik 3,3 juta barel pekan lalu bersama dengan stok bensin melonjak 1,2 juta barel, sementara stok sulingan turun, menurut sumber pasar mengutip angka American Petroleum Institute.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Alert! Harga Minyak Dunia Ambruk ke Bawah US$ 90/barel

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts