penyebabsakit.com

Resesi di Depan Mata Bung! Harga Minyak Anjlok Nyaris 10%

Jakarta, CNBC Indonesia –  Harga minyak mentah dunia tersungkur melawan resesi ekonomi yang diperkirakan akan memakan sepertiga negara di dunia. Para pelaku pasar pun khawatir permintaan akan menyusut.

Pada perdagangan Rabu (5/1/2022) minyak Brent tercatat US$77,84 per barel, anjlok 5,2% dari posisi sebelumnya. Sementara minyak mentah jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) longsor 5,3% ke US$72,84 per barel. Pada perdagangan Selasa, Brent dan WTI juga jeblok 4,43% dan 4,15%, sehingga dalam dua hari saja sudah ambrol nyaris 10%. 



ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Jebloknya minyak Brent menjadi penurunan dua hari tertajam di awal tahun sejak Januari 1991, menurut data Refinitiv.

“Minyak mentah diperdagangkan lebih rendah di tengah kekhawatiran seputar COVID-19 China dan The Fed memaksa resesi global… keduanya menuntut peristiwa penghancuran,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.

Para pejabat Federal Reserve berkomitmen untuk memerangi inflasi dan mengharapkan suku bunga yang lebih tinggi tetap berlaku sampai lebih banyak kemajuan dibuat, menurut risalah yang dirilis Rabu dari pertemuan bulan Desember bank sentral.

“Peserta umumnya mengamati bahwa sikap kebijakan yang membatasi perlu dipertahankan sampai data yang masuk memberikan keyakinan bahwa inflasi berada pada jalur penurunan yang berkelanjutan hingga 2 persen, yang kemungkinan akan memakan waktu lama,” berdasarkan ringkasan pertemuan.

“Mengingat tingkat inflasi yang terus-menerus dan tidak dapat diterima, beberapa peserta berkomentar bahwa pengalaman sejarah memperingatkan terhadap kebijakan moneter yang melonggarkan sebelum waktunya.”

Kebijakan kenaikan suku bunga acuan memicu resesi ekonomi global. 

Hal ini juga disampaikan oleh Badan Moneter Dunia (IMF).

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan untuk sebagian besar ekonomi global, 2023 akan menjadi tahun yang sulit karena mesin utama pertumbuhan global – Amerika Serikat, Eropa, dan China – semuanya mengalami aktivitas yang melemah.

“Tahun baru akan menjadi lebih sulit daripada tahun yang kita tinggalkan. Mengapa? Karena tiga ekonomi besar – AS, UE, dan China – semuanya melambat secara bersamaan,” tuturnya kepada CBS, dikutip Reuters, Senin (2/1/2023).

Sementara itu stok minyak mentah AS kemungkinan naik 1,2 juta barel pekan lalu, dengan persediaan sulingan diperkirakan turun, jajak pendapat Reuters yang direvisi menunjukkan.

Persediaan minyak mentah AS kemungkinan naik 3,3 juta barel pekan lalu bersama dengan stok bensin melonjak 1,2 juta barel, sementara stok sulingan turun, menurut sumber pasar mengutip angka American Petroleum Institute.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Artikel Selanjutnya


Lupakan The Fed, Harga Minyak Nanjak Lagi ‘Didukung’ China

(ras/ras)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version