Resesi Itu Nyata Bung! Harga Minyak Mentah Jeblok 10%

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah dunia merosot tajam di pekan ini, mendekati lagi level terendah 8 bulan yang disentuh pada September lalu. Dunia yang terancam resesi di tahun depan menjadi penekan utama harga minyak mentah.

Read More

Ketika resesi terjadi, maka permintaan minyak mentah tentunya akan merosot, harga minyak pun ikut turun.

Melansir data Refintiv, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) jeblok hingga 10% di pekan ini ke US$ 80.08/barel. Sementara jenis Brent ambrol 8,7% ke US$ 87,62/barel.


Resesi sudah pasti akan terjadi, bahkan beberapa bank sentral sudah menyatakan hal tersebut.

Bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) menjadi yang paling terang-terangan menyatakan akan mengalami resesi. Bahkan, resesi yang terpanjang dalam sejarah.

“Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan akan terus merosot selama 2023 dan berlanjut hingga semester I-2024 akibat tingginya harga energi dan pengetatan kondisi finansial akan membebani belanja rumah tangga,” kata BoE.

Tingkat pengangguran diprediksi akan naik dua kali lipat menjadi 6,5% selama dua tahun ke depan, saat perekonomian merosot.

Hal itu diungkapkan saat menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 3% pada Kamis (3/11/2022). Kenaikan tersebut menjadi yang terbesar dalam 33 tahun terakhir.

Hal yang sama juga diungkapkan bank sentral Kanada (Bank of Canada/BoC). Pada akhir Oktober lalu, BoC mengatakan perekonomiannya akan stagnan dalam 3 kuartal ke depan. Tetapi, masih akan tetap menaikkan suku bunga.

“Periode pengetatan moneter hampir selesai. Kita sudah dekat, tetapi belum sampai,” kata Gubernur BoC, Tiff Macklem, dalam konferensi pers sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (26/10/2022).

Macklem mengatakan seberapa tinggi suku bunga akan tergantung dari dampak yang diberikan, seberapa besar kebijakan moneter mampu meredam demand, bagaimana masalah supply diselesaikan serta inflasi dan ekspektasi inflasi merespon kebijakan tersebut.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) juga mengakui sulit untuk menghindarkan perekonomian dari resesi atau soft landing.

“Apakah peluang soft landing semakin kecil? iya. Apakah itu masih mungkin terjadi? tentu saja,” kata ketua The Fed Powell, saat mengerek suku bunga 75 basis poin menjadi 3,75% – 4% pada Kamis (3/11/2022).

Powell menambahkan untuk bisa menghindarkan perekonomian AS dari resesi di 2023 adalah pekerjaan yang sangat berat, sebab suku bunga masih perlu dinaikkan tinggi guna meredam inflasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Ambles 23%, Kinerja Kuartalan Minyak Terburuk Sejak Pandemi

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts