Restu Ibu Sukses Buat Salim Jadi Orang Terkaya RI


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Kisah ibu dan para tokoh terkenal banyak menjadi warna kesuksesan banyak orang termasuk para konglomerat di Indonesia. Para konglomerat sangat cinta dan hormat terhadap orang yang melahirkannya. Dan memandang jasa besarnya terhadap kehidupannya.

Salah satunya adalah Sudono Salim. Salim adalah pengusaha besar dan penting dalam sejarah modern Indonesia. Semasa hidup, dia berhasil membangun kerajaan bisnis Salim Group yang menaungi 3 sektor bisnis utama, yakni perbankan (BCA), makanan (Indofood), dan semen (Indocement). Namun, di balik kesuksesannya, ada kisah menarik hubungan Salim dengan ibunya yang kelak bisa mengantarkan jadi orang sukses di Indonesia.

Bagaimana ceritanya?

Kepada Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group (2016) Salim menyebut dia adalah anak kesayangan ibunya. Di tiap langkah kehidupan, sang ibu selalu memberi pelajaran berharga kepada dirinya. Dalam kacamata Salim, sang ibu adalah sosok yang berhati lembut, selalu bertutur kata baik, dan ringan tangan tanpa pernah mengeluh. Meski ibu Salim juga tergolong tidak mampu, tetapi mereka selalu berusaha membantu siapapun. Atas kepribadian ini, ibunya disegani seluruh penduduk desa.

Cerita paling membekas dibenak Salim terjadi saat dia dibela mati-matian oleh ibunya. Pada suatu hari Salim kecil pernah pulang larut malam tanpa alasan. Sang Ayah yang terkenal sangat disiplin seketika marah atas tingkah laku ini. Alhasil, Salim dipukuli tongkat oleh ayahnya. Namun, saat tongkat itu hampir mendekat ke tubuh Salim ibunya tiba-tiba datang dan menangkisnya.

“Apakah kamu ingin membunuhnya?” tanya sang ibu.

Alhasil, dia tidak jadi dipukul. Salim semakin menyadari kebaikan ibu.

Selain soal kebaikan, dari ibunya Salim juga belajar kalau manusia harus bekerja keras jika ingin mencapai sesuatu. Hal ini disaksikan Salim sendiri saat masih kecil. Setiap hari ayah dan ibu Salim menghabiskan waktu berjam-jam di ladang. Ini semua dilakukan untuk mengisi meja makan dan mengenyangkan perut anak-anaknya, tentu saja termasuk Salim. 

Tak peduli apapun rintangan, kedua orang tua Salim selalu menghadapinya untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Dari sikap inilah, Salim selalu mempraktikkan kebiasaan tersebut, khususnya tentang kerja keras yang selalu dibalut sikap kasih sayang dan tolong menolong. 

Sayang, kehidupan Salim dan ibunya berlangsung pendek. Pada 1938, Salim terpaksa angkat kaki dari Fujian imbas perang. Awalnya Salim enggan meninggalkan sang ibu sendirian di tengah kecamuk perang. Begitu pula ibunya yang tak mau kehilangan anak kesayangan. Namun, karena desakan semakin tinggi, keduanya resmi berpisah.

Dalam perpisahan itu, ibu Salim memasak mi dan memberikan jimat keberuntungan kepada Salim sebagai bekal. Jimat itu dijahitkan ke potongan akar gingseng yang bisa dimakan apabila Salim lapar. Mereka pun resmi berpisah.

Ibunya tetap berada di Fujian. Sementara Salim memutuskan pergi ke Surabaya, tempat kakak dan saudara-saudaranya bermukim lebih dahulu. Bermodalkan jimat dari ibu, Salim bisa sampai dengan selamat di Surabaya. Kelak pelajaran berharga dari Ibu semasa kecil pula menjadi pegangan kehidupan Salim dalam berbisnis di Indonesia.

Dan ini memang benar-benar terbukti. Di masa sukses, Salim menjadi pengusaha yang selalu bekerja keras dan selalu menolong sesama. Bahkan, kesuksesan tidak membuat Salim terlena. Dia beberapa kali tercatat pulang kampung ke Fujian hanya untuk mengunjungi kuburan leluhur sebagai bentuk penghormatan. Tentu dia juga mengunjungi kuburan ibu.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Salim Bikin Bank Digital, Incar Toko Kelontong dan Warmindo

(mfa/mfa)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts