RI Tunggu Kabar Baik dari AS & GOTO, Semoga Tak Ada Huru-Hara

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar keuangan Tanah Air secara mayoritas terapresiasi pada perdagangan kemarin, hari Rabu (9/8/2023). Mata uang rupiah perkasa terhadap dolar AS, bursa saham menguat tipis, dan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) stagnan.

Kenaikan pasar keuangan domestik di tengah penantian pasar global menantikan data-data penting Amerika Serikat (AS) yang dirilis hari ini. Negeri Paman Sam akan mengumumkan data tingkat inflasi, klaim pengangguran, dan stok cadangan gas.

Data inflasi cukup penting diperhatikan, pasalnya ini akan menjadi pertimbangan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam mengambil keputusan melanjutkan kebijakan ketat atau sebaliknya.

Penguatan pasar keuangan dalam negeri perlu diapresiasi, sebab sentimen negatif juga datang dari negara tujuan ekspor terbesar Indonesia yaitu China. Tiongkok melaporkan jika Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) mengalami deflasi pada Juli.

Memburuknya data ekonomi membuat dunia kecewa karena justru terjadi setelah China melonggarkan kebijakan Covid-19 nya serta membuka perbatasan internasional.

Di tengah berbagai sentimen negatif, Indonesia mengabarkan penjualan ritel yang menguat kemarin.

Sayangnya, kabar baik itu tidak berpengaruh pada saham teknologi terbesar Indonesia sedang dihadapkan sentimen negatif. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) berakhir ambruk lebih dari 10%ke posisi Rp 93/saham atau di bawah level psikologis Rp 100 per saham.

Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar bisa dibaca pada halaman 3 dan 4 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin ditutup naik tipis 0,09% ke posisi 6.875,11. Perdagangan kemarin, indeks pasar modal Indonesia sempat menembus level psikologis 6.900 dan ditutup di bawah level psikologis.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan terakhir terbilang sepi dengan total nilai transaksi di bawah Rp 10 triliun, namun menunjukkan adanya peningkatan menjadi Rp9,2 triliun.
Perdagangan melibatkan 25,94 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali.

Sebanyak 215 saham terapresiasi, 302 saham terdepresiasi, dan 327 saham lainnya stagnan. Kenaikan IHSG sejalan dengan investor asing yang mencatatkan aksi beli bersih (net buy) mencapai Rp 816,31 miliar di seluruh pasar pada perdagangan kemarin.

Secara sektoral, sektor teknologi menjadi pemberat terbesar IHSG pada perdagangan kemarin, yakni turun 1,68%.



Sejalan dengan sektor teknologi yang menjadi pemberat terbesar IHSG kemarin, raksasa teknologi Indonesia menjadi laggard terbesar IHSG, yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) sebesar -23,87 indeks poin, terkoreksi 10,58%. Bank digital afiliasi GOTO turut menjadi pemberat terbesar ke-4 dengan penurunan -1,3 indeks poin atau anjlok 4,76%.

Sedangkan, bursa Asia-Pasifik pada perdagangan kemarin mayoritas menguat. Indeks Shanghai SSEC, Nikkei Jepang, dan Taiwan TWII tertekan di zona merah.

Hang Seng HK50, PSEi Filipina, KOSPI Korea Selatan (KS11), SET Thailand, KLSE Malaysia, STI Index Singapore berada di zona hijau.

Tidak hanya pasar saham yang menguat, mata uang rupiah turut menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Dilansir dari Refinitiv, Rupiah ditutup menguat 0,16% terhadap dolar AS di angka Rp15.190/US$1.
Penguatan kemarin mematahkan tren pelemahan Rupiah yang terjadi dua hari sebelumnya.

Rupiah justru menguat setelah AS memberi dua kabar buruk yakni lembaga pemeringkat rating Moody’s yang melakukan pemangkasan dan amblesnya ekspor-impor AS hingga kabar buruk dari China.
Membaiknya penjualan ritel di Indonesia ikut membantu mata uang Garuda menguat kemarin.

Moody’s menurunkan peringkat kredit beberapa bank di Amerika Serikat (AS) hari Senin (9/8/2023).



Moody’s memangkas peringkat 10 bank AS satu tingkat. Bank yang diturunkan peringkatnya oleh Moody’s antara lain M&T Bank, Pinnacle Financial Partners, Prosperity Bank dan BOK Financial Corp.

Namun, pemangkasan justru membuat dolar AS ditinggal investor. Mereka beralih ke instrumen lain di Emerging Market seperti rupiah sehingga mata uang Garuda menguat.
Indeks dolar hari ini melemah ke 102,328, dari 102,502 pada perdagangan kemarin.

AS juga kemarin melaporkan jika ekspor mereka mencapai US$ 247,5 miliar, terendah sejak Maret 2022. Impor tercatat US$ 313 mliar, terendah sejak November 2021. Dua hal ini menandai jika ekonomi AS tidak dalam kondisi yang baik.

Biro Statistik Nasional (NBS) China melaporkan indeks harga konsumen (IHK) terkoreksi atau deflasi 0,3% (year on year/yoy) pada Juli 2023. Angka ini juga merupakan deflasi pertama sejak Februari 2021.

Sedangkan indeks harga produsen (IHP) terlihat mengalami penurunan selama 10 bulan berturut-turut dengan kontraksi 4,4% yoy pada Juli 2023.
Sebagai informasi, ini adalah pertama kalinya ketika IHK dan IHP mencatat kontraksi secara bersamaan sejak November 2020.


Sementara di pasar Surat Berharga Negara (SBN), pada perdagangan penutupan pekan lalu harganya menguat, terlihat dari imbal hasil (yield) yang kembali turun.

Melansir data dari Refinitiv, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau turun, menjadi di 6,335% kemarin.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield turun, mengindikasikan investor sedang membeli SBN.

Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts