Rupiah Hari Ini Tangguh! Ditutup Menguat Lebih dari 1%

Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah terbang tiga hari beruntun terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan hari ini menjadi salah satu yang cukup signifikan dengan kenaikan di atas 1% yang hanya terjadi 3 kali tahun ini.

Read More

Dilansir dari Refinitiv, rupiah menembus level psikologis Rp15.600/US$ dan ditutup di level Rp15.535/US$. Ini merupakan posisi terkuat sejak 2 Oktober 2023 atau sekitar satu bulan terakhir.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada hari ini relatif tidak berubah yakni hanya menguat tipis 0,03% ke angka 105,05.

Adapun penguatan rupiah di atas 1% sepanjang tahun ini terjadi pada 13 Januari 2023, 24 Maret 2023, dan hari ini. Penguatan 24 Maret terjadi akibat kebijakan The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 bps yang telah sesuai ekspektasi pasar. Penguatan rupiah diperkirakan akibat pelaku pasar berekspektasi jika The Fed akan segera melunak, terlebih dengan krisis perbankan yang saat itu menggoyang AS.

Pada 13 Januari 2023 lalu rupiah menguat setelah rilis data inflasi. Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di AS pada Desember 2022 dilaporkan tumbuh yang mengalami penurunan signifikan yang menjadi harapan pelaku pasar bahwa The Fed akan segera lebih longgar dengan kebijakan keuangannya.

Pergerakan rupiah kali ini cukup anomali, sebab indikator pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan di bawah 5%, setelah mampu bertahan di atas 5% selama 7 kuartal beruntun.


Secara tahunan atau year on year (yoy), pertumbuhan ekonomi pada periode itu tumbuh 4,94%, sedangkan secara kuartalan atau qtq tumbuh 1,60%, dan secara kumulatif atau ctc tumbuh 5,05%.

Menilik lebih dalam, sentimen positif pertumbuhan ekonomi terhadap pergerakan rupiah terlihat pada tingkat investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang masih tumbuh tinggi, mencapai 5,77% dengan sumbangan ke PDB 29,68%, lebih tinggi dari catatan kuartal II yang tumbuh 4,63%.

Sementara, Ekspor yang mempengaruhi penguatan rupiah turun hingga minus 4,26% meski porsinya ke PDB sebesar 21,26%. Sedangkan, impor juga tercatat turun menjadi 6,18% yang memiliki kontribusi 19,57%.

Sentimen utama penguatan mata uang Garuda juga terjadi seiring dengan dana asing yang terpantau masuk ke pasar keuangan domestik pekan lalu.

Data Bank Indonesia (BI) berdasarkan transaksi 30 Oktober-2 November 2023, investor asing mencatat net buy sebesar Rp4,07 triliun di pasar SBN, jual neto Rp2,84 triliun di pasar saham, dan Rp1,61 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Dengan kata lain total capital inflow sebesar Rp2,83 triliun.

Capital inflow tercatat cukup baik sejak pekan ke-4 Oktober. Pada data transaksi 23-26 Oktober 2023, total capital inflow sebesar Rp1,04 triliun didominasi oleh net buy SBN Rp2,18 triliun

Selain itu, optimisme pasar khususnya di domestik terjadi akibat keputusan bank sentral AS (The Fed) yang menahan suku bunga di level 5,25-5,50%. Hal ini menjadi sentimen positif bagi mata uang Garuda dan pelaku pasar menilai bahwa Ketua The Fed Jerome Powell mengumumkan kebijakan yang sudah menunjukkan less hawkish jika dibandingkan pertemuan-pertemuan sebelumnya.

Tidak hanya itu, data ketenagakerjaan AS yang mulai mereda pun menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan global termasuk Indonesia. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya tingkat pengangguran serta melambatnya penciptaan lapangan kerja di sektor nonfarm payrolls.

Data tenaga kerja yang memburuk ini menjadi kabar baik bagi dunia karena mencerminkan inflasi yang melambat sehingga memungkinkan The Fed melunak.

Nonfarm payrolls meningkat sebesar 150.000 pada bulan tersebut, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada hari Jumat (3/11/2023). Data ini lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan konsensus Dow Jones yang memperkirakan kenaikan sebesar 170.000, dikutip dari CNBC International.

Tingkat pengangguran AS juga naik menjadi 3,9% pada Oktober. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan proyeksi pasar dan bertentangan dengan ekspektasi bahwa angka tersebut akan tetap stabil di 3,8%.

Perlambatan pasar tenaga kerja memungkinkan terjadinya penurunan inflasi, sebab daya beli masyarakat mengalami perlambatan. Terkendalinya inflasi, memungkinkan The Fed untuk lebih longgar dengan kebijakan pengetatan suku bunga.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Rupiah Terkena Efek The Fed, Bikin Dolar Tembus Rp 15.500

(mza/mza)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts