Rupiah ke Bawah Rp15.000/US$, Bos BI: Masih Bakal Turun!

Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, meskipun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini sudah berada di posisi Rp 15.000/US$, namun pergerakan rupiah masih akan dibayangi gejolak ekonomi global.

Read More

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dalam acara Mandiri Investment Forum 2023 di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (1/2/2023).

“Rupiah sekarang sudah di bawah Rp 15.000 (per dolar AS), namun masih akan naik turun sampai awan kebijakan The Fed dan awan ekonomi dunia berkurang. Ini yang akan kita alami,” jelas Perry.

Kendati demikian, ke depan Perry meyakini bahwa nilai tukar rupiah masih akan menguat. Dengan melihat berbagai fundamental ekonomi yang ada saat ini.

Perry menyebut, ada lima alasan mengapa nilai tukar rupiah diyakini akan menguat. Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia tinggi. Pada kuartal III-2022 ekonomi RI tumbuh 5,7% dan diperkirakan keseluruhan tahun 2022 akan tumbuh pada kisaran 5,1% hingga 5,2% secara tahunan (year on year/yoy).

Faktor kedua, inflasi Indonesia masih terkendali dan dinilai cukup rendah. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, inflasi Indonesia pada Januari 2023 mencapai 5,28% (yoy), lebih rendah dari inflasi bulan Desember 2022 yang mencapai 5,51% (yoy).

Bahkan, laju inflasi tahunan ini jauh menurun dari titik puncak inflasi pada September 2022, sebesar 5,95%.

Ketiga, neraca pembayaran mencatatkan surplus. Keempat, terjadi peningkatan arus dana asing, dan kelima BI menekankan untuk selalu berada di pasar untuk mengendalikan nilai tukar.

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (1/2/2023). Melansir data Refinitiv, rupiah menguat 0,1% di ke Rp 14.970/US$ di pasar spot, setelah sebelumnya sempat melemah dan menyentuh Rp 15.000/US$.

Dua data ekonomi yang dirilis dari dalam negeri membuat rupiah perkasa. S&P Global pagi ini melaporkan purchasing managers’ index (PMI) manufaktur sebesar 51,3 pada Januari, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 50,8.

Peningkatan laju ekspansi (angka di atas 50), tentunya bisa memberikan sentimen positif ke rupiah. Seperti diketahui, industri pengolahan berkontribusi sekitar 18% terhadap produk domestik bruto (PDB), terbesar berdasarkan lapangan usaha.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan pada Januari 2023 mencapai 5,28% (year-on-year), lebih rendah dari Desember 2022 yang mencapai 5,51%.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


BI Bongkar Biang Kerok yang Bikin Rupiah Ambruk Rp 15.700/US$

(cap/cap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts