Rupiah Masih Tertekan Dolar AS, Apa Kabar Hari Ini?


Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah masih tertekan dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) kendati minat investor asing masuk ke RI sudah mulai deras.

Read More

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah di angka Rp15.630/US$ atau turun sebesar 0,13% pada sepanjang perdagangan kemarin, Senin (22/1/2024). Pelemahan ini mematahkan tren penguatan yang terjadi selama dua hari beruntun sejak 18 Januari 2024.


Tekanan terhadap mata uang Garuda masih terjadi di tengah lesunya ekonomi China masih akan berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar rupiah. Pasalnya, Sang Naga Asia ini merupakan mitra dagang utang RI.

Sebagaimana diketahui, ekonomi di China patut di monitor lantaran masih terjadi deflasi akibat krisis properti yang berlarut-larut, yang kemudian membuat pemerintah China sedang mempertimbangkan peluncuran stimulus jumbo senilai satu triliun yuan guna mendongkrak industri.

Selain itu, hari ini China juga telah mengumumkan suku bunga dasar pinjaman (LPR) satu tahun, yang merupakan fasilitas pinjaman jangka menengah yang digunakan untuk pinjaman korporasi dan rumah tangga, tidak berubah pada rekor terendah sebesar 3,45% selama lima bulan berturut-turut.

Begitu pula untuk LPR lima tahun yang menjadi acuan untuk hipotek, dipertahankan pada 4,2% selama tujuh bulan berturut-turut.

Jika suku bunga mengalami pemangkasan, maka diharapkan ke depan ekonomi China akan dapat semakin membaik.

Kendati tekanan masih cukup kental, namun investor asing tercatat masih tertarik untuk masuk ke pasar keuangan domestik.

Berdasarkan data transaksi 15 – 18 Januari 2024 yang dirilis Bank Indonesia (BI), investor asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp7,66 triliun terdiri beli neto Rp5,52 triliun di pasar SBN, beli neto Rp0,65 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,50 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Selain itu, sentimen yang masih mempengaruhi rupiah adalah keyakinan penurunan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) semakin menciut.

Sebelumnya investor mengharapkan penurunan suku bunga acuan yang dimulai pada Maret, meskipun sekarang mereka kurang yakin bahwa penurunan awal akan membuahkan hasil.

Para pedagang sekarang memperkirakan sekitar 40% kemungkinan penurunan suku bunga Fed pada bulan Maret, menurut FedWatch Tool dari CME Group. Itu menandai penurunan tajam dari hampir 81% pada minggu sebelumnya. Terdapat hampir 54% kemungkinan bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga tetap stabil, naik dari sekitar 19% pada minggu sebelumnya.

Teknikal Rupiah

Pergerakan rupiah melawan dolar AS dalam basis waktu per jam masih sideways atau terkonsolidasi. Paling dekat, mata uang Garuda bisa melemah menguji resistance ke Rp15.645/US$. NIlai ini didapatkan dari garis horizontal berdasarkan high candle yang sempat diuji secara intraday pada 17 Januari 2024.

Di sisi lain, untuk target penguatan rupiah terdekat bisa mencermati support terdekat di Rp15.610/US$. Posisi tersebut berdekatan dengan garis rata-rata selama 50 jam atau moving average 50 (MA50).




Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Rupiah Terkena Efek The Fed, Bikin Dolar Tembus Rp 15.500

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts