Rupiah Menolak Loyo Meski Cadev Menurun

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) meskipun tekanan eksternal masih cukup kental dan cadangan devisa (cadev) Indonesia menurun.

Read More

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka Rp15.605/US$ atau menguat 0,03% terhadap dolar AS. Posisi ini berkebalikan dengan penutupan perdagangan kemarin (5/10/2023) yang menguat 0,10%. Sedangkan secara mingguan, rupiah terpantau melemah sebesar 1% atau melemah dalam lima minggu berturut-turut.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Jumat (6/10/2023) pukul 14.55 WIB, berada di posisi 106,41 atau naik 0,08% jika dibandingkan penutupan perdagangan Kamis (5/10/2023) yang berada di posisi 106,33.



Dari domestik, Bank Indonesia (BI) pagi hari ini telah merilis data cadev yang masih tetap tinggi namun mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya.

Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2023 sebesar US$134,9 miliar atau turun dibandingkan dengan posisi pada akhir Agustus 2023 sebesar US$137,1 miliar. Bahkan angka tersebut berada di bawah proyeksi pasar yang berada di posisi US$136 miliar.

Kendati demikian, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Menanggapi pelemahan rupiah yang kian terjadi, Christopher Andre Benas Head of Research BCA Sekuritas mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia sangat baik, trade balance, CAD (current account deficit) yang masih baik.

Menurut Andre masalah pelemahan nilai tukar rupiah berasal dari Amerika Serikat (AS). Situasi negeri Paman Sam tersebut masih akan membuat bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga acuan.

Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed semakin kencang setelah data menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih kencang. The Fed juga mengisyaratkan kenaikan pada pertemuan bulan lalu.

Sebagai informasi, data AS mengenai klaim awal tunjangan pengangguran negara menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja yang masih tangguh, sehari setelah laporan menunjukkan gaji swasta AS meningkat kurang dari perkiraan pada bulan September.

Pengajuan awal tunjangan pengangguran mencapai 207.000 pada pekan yang berakhir 30 September, naik hanya 2.000 dari periode sebelumnya dan di bawah perkiraan konsensus Dow Jones sebesar 210.000.

Laporan gaji bulanan pada hari Jumat bisa menjadi berita ekonomi paling penting minggu ini, namun investor masih khawatir mengenai apakah bank sentral AS (The Fed) akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

Selain itu, data tingkat pengangguran yang dirilis hari ini (6/10/2023) pun patut menjadi perhatian invsetor. Sebagai informasi, tingkat pengangguran AS mencapai 3,8% pada Agustus 2023. Pelaku pasar memperkirakan pengangguran akan tetap berada di angka 3,8% pada September tahun ini.

Sementara itu, penciptaan lapangan kerja non-farm payrolls diharapkan hanya naik 150.000 pada September 2023, dari 170.000 pada Agustus.

Tingkat pengangguran dan non-farm payrolls merupakan data yang menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan suku bunga. Jika kedua data tersebut menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih panas maka The Fed diperkirakan masih akan hawkish.

Pasalnya, inflasi akan sulit melandai bila pasar tenaga kerja AS masih kencang. Apabila ini terjadi bisa berdampak pada keperkasaan dolar AS yang berlanjut, imbasnya rupiah bisa tertekan karena ada capital outflow.

Di tengah gempuran sentimen negatif yang ada, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengungkapkan bahwa ebetulnya tidak ada masalah yang bisa memengaruhi sentimen pelaku pasa keuangan hingga membuat rupiah terus tertekan. Ia mengatakan, ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih akan bisa terus terjaga di level 5% setelah kuartal II-2023 tumbuh 5,17%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Rupiah Terkena Efek The Fed, Bikin Dolar Tembus Rp 15.500

(rev/rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts