Rupiah Nelangsa di Akhir Pekan, Dolar Ditutup di Rp 16.205


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) meski Bank Indonesia sudah mengerek suku bunga.

Merujuk Refinitiv, rupiah ditutup di posisi Rp 16.205 per US$1 pada hari ini, Jumat (26/4/2024). Mata uang Garuda melemah 0,12%. Posisi tersebut adalah yang terendah dalam tiga hari terakhir.
Kendati melemah, dalam sepekan rupiah menguat 0,28%. Kondisi ini berbanding terbalik dengan pelemahan sebesar 2,52% pada pekan lalu. Dalam sebulan, rupiah ambruk 2,2%.

Nilai tukar rupiah sempat ambruk ke Rp 16.230 per US$ pada Senin pekan ini (22/42024) di tengah kencangnya sentimen global.
Ketidakpastian global meningkat karena bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mulai mengindikasikan akan menahan suku bunga dalam waktu lama karena penurunan inflasi tidak secepat yang mereka inginkan.

Bank Indonesia kemudian mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6,25% pada Rabu (24/4/2024). Namun, keputusan BI belum menolong rupiah.

Pemerintah mengakui bahwa kondisi perekonomian penuh guncangan dan ketidakpastian. Penyebab utamanya adalah gejolak di global khususnya geopolitik yang memanas antara Iran dan Israel. Namun, tak hanya itu kondisi ekonomi di Amerika Serikat dan kebijakan bank sentralnya juga berpengaruh terhadap perekonomian global.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawat mengatakan, pemerintah memasang waspada tinggi terhadap kondisi yang saat ini terjadi. Dia menyampaikan informasi terbaru dari bank sentral AS The Federal Reserve atau The Fed yang tampaknya masih akan memasang kebijakan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lama atau higher for longer.

 

Kita lihat the Fed terutama dari Powell (Gubernur The Fed) yang menyampaikan bahwa kondisi perekonomian AS masih sangat robust (kuat) dan inflasi belum turun secara cukup signifikan dan pada level yang diharapkan. Ini menyebabkan keputusan the Fed untuk menunda penurunan atau pemotongan suku bunga kebijakan, Dan ini tentu mengkonfirmasi higher for longer untuk the Fed bahkan di luar ekspektasi market,” ucap Sri Mulyani saat konferensi pers APBN edisi April 2024, Jumat (24/4/2024).

Sri Mulyani melanjutkan, pelaku pasar awalnya sangat berharap the Fed bakal menurunkan suku bunga acuannya di tahun ini secara bertahap. Namun, lanjut Sri Mulyani harapan pelaku pasar sia-sia karena the Fed akan tetap memberlakukan kebijakan suku bunga tinggi.

“Dengan situasi seperti ini maka muncul ekspektasi yang harus diubah. Dengan perubahan ini maka terjadilah capital outflow dan tekan kurs atau nilai tukar,” ucapnya.

Sri Mulyani menekankan kondisi di AS ini menjadi salah satu penyebab dolar menguat dan asing keluar dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia yang akhirnya menyebabkan mata uang negara berkmebnag termasuk rupiah melemah.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Tren Suku Bunga Tinggi AS Mereda, Rupiah Malah Dibuka Ambles!

(mae/mae)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts