Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini rebound. Indeks melonjak nyaris 2% pada perdagangan sesi I Kamis (2/11/2023).
IHSG telah kembali ke level psikologis 1.700, dan pada titik tertingginya sempat terapresiasi ke 1.784,99 hari ini.
Ini terjadi usai setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) kembali memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 5,25%-5,50%.
Analis PilarmasInvestindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai bangkitnya IHSG hari ini memang tidak terlepas dari pertemuan The Fed yang ia sebut “yahud”.
“Kenapa yahud? Karena kan lagi-lagi nomor satu adalah tingkat suku bunga ditahan untuk tidak mengalami kenaikan. Yang kedua, memang kalau kita perhatikan masih ada satu kali lagi pertemuan pada bulan 12 nanti. Cuman kemungkinannya untuk naik pun juga kecil. Nah, memang sampai dengan saat ini kalau kita perhatikan bahwa tingkat suku bunga sudah tidak akan lagi mengalami kenaikan,” jelas Nico saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (2/11/2023).
Menurutnya, keputusan The Fed ini menjadi “angin segar” di tengah volatilitasnya pasar saham akibat berbagai gejolak seperti tensi geopoltik.
Sementara itu, Senior Vice President PT Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi Riawan memandang keputusan The Fed menunjukkan komitmen untuk mendukung pemulihan ekonomi AS dan global. Para investor pun cenderung merespon positif keputusan tersebut.
Di samping itu, Reza memandang pemicu IHSG rebound lainnya adalah penurunan nilai dana asing yang keluar atau capital outflow dari pasar saham Indonesia, yang mencapai Rp 1,5 triliun pada pekan lalu. Jumlah itu lebih rendah dari Rp 2,4 triliun pada pekan sebelumnya. Nico pun memandang berkurangnya capital outflow ini akibat ditingkatkanya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akhir bulan lalu.
“Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia pun juga dinaikkan. Nah, itu untuk apa? Untuk menjaga daya tarik supaya capital outflownya tidak besar. Nah, sampai dengan saat ini kalau kita perhatikan Karena The Fed sendiri juga tidak menaikkan suku bunga kembali, maka dari itu capital outflownya pun juga boleh berkurang,” jelasnya.
Selain itu, Reza menyorot kenaikan harga komoditas global, terutama minyak mentah dan batu bara, yang mendongkrak kinerja saham-saham sektor pertambangan dan energi hari ini.
Untuk tren IHSG ke depannya, ia memandang pergerakan IHSG masih dipengaruhi oleh kebijakan fiscal dan pemilu RI tahun 2024.
“Selain itu, faktor-faktor eksternal seperti kebijakan moneter AS, perang dagang AS-China, dan situasi geopolitik juga berpotensi memicu volatilitas pasar,” jelas Reza saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (2/11/2023).
Presiden Direktur Kiwoom Sekuritas Chang Kun Shin pun memandang indeks masih memiliki peluang tren kenaikan dalam jangka pendek bila bertahan di level 6.713-6.738 dengan potensi menguat ke level 6.878-6.973. Kemudian, range kedua yaitu ke level 6.948-6.986.
“Jika gagal bertahan di supportnya, tren masih akan berlanjut turun,” jelas Shin saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (2/11/2023).
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
IHSG Menguat Hingga Menanti Arah Suku Bunga BI & The Fed
(fsd/fsd)
Sumber: www.cnbcindonesia.com