Saham Bank Jumbo Pesta Pora, BMRI-BBRI Cetak Rekor Lagi Nih!


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Saham perbankan raksasa terpantau cerah bergairah pada perdagangan sesi I Jumat (12/1/2023) dan beberapa saham bank raksasa juga kembali mencetak rekor tertingginya hari ini.

Per pukul 10:00 WIB, empat saham bank raksasa terpantau menguat dengan rincian dua saham sudah melesat lebih dari 1%, sedangkan dua lainnya menguat kurang dari 1%.

Berikut pergerakan empat saham bank raksasa pada sesi I hari ini.








Emiten Kode Saham Harga Terakhir Perubahan Harga
Bank Mandiri (Persero) BMRI 6.600 2,33%
Bank Rakyat Indonesia (Persero) BBRI 5.850 1,74%
Bank Negara Indonesia (Persero) BBNI 5.625 0,45%
Bank Central Asia BBCA 9.650 0,78%

Sumber: RTI

Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi saham bank jumbo yang penguatannya paling kencang di sesi I hari ini, yakni melonjak 2,33% ke posisi Rp 6.600/unit. Bahkan, saham BMRI sempat kembali mencetak rekor tertinggi intraday-nya pasca stock split pada sesi I hari ini, yakni di Rp 6.675/unit sekitar pukul 09:30 WIB.

Adapun BMRI terakhir mencetak rekor terbarunya yakni pada Senin awal pekan ini, tepatnya di posisi Rp 6.600/unit.

Tak hanya BMRI saja, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga melesat dan kembali mencetak rekor tertingginya pada hari ini. Adapun rekor tertinggi BBRI saat ini berada di harga Rp 5.850/unit. Terakhir BBRI mencetak rekor yakni pada Jumat pekan lalu di harga Rp 5.775/unit.

Bergairahnya kembali saham-saham bank jumbo terjadi di tengah prospeknya yang cenderung cerah di 2024, meski secara valuasi, keempat saham bank raksasa tersebut sudah cenderung mahal.

Kenaikan saham bank jumbo terjadi di tengah memanasnya kembali inflasi Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun lalu.

Inflasi konsumen (consumer price index/CPI) AS periode Desember 2023 kembali memanas yakni naik menjadi 3,4% (yoy), dari sebelumnya sebesar 3,1% pada November 2023, Berdasarkan data dari Biro Statisik AS.

Angka ini tentunya lebih tinggi dari konsensus pasar dalam Trading Economics yang memperkirakan CPI AS pada Desember 2023 naik 3,2% (yoy)

Sementara untuk inflasi inti AS periode Desember 2023 justru cenderung turun sedikit menjadi 3,9% (yoy), dari sebelumnya pada November 2023 sebesar 4%. Angka CPI inti juga lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 3,8%.

Kenaikan CPI AS terjadi karena adanya seasonality natal dan tahun baru. Selain itu, memanasnya konflik di Timur Tengah yang turut menaikkan harga minyak mentah dunia juga berkontribusi menaikkan inflasi Negeri Paman Sam pada akhir 2023.

Memanasnya inflasi AS membuat ekspektasi pasar akan turunnya suku bunga acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) berpotensi memudar. Namun, ekspektasi tersebut justru mengalami kenaikan.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch menunjukkan peluang The Fed memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp) naik menjadi 71,8%, lebih besar dari peluang pada Rabu lalu yang mencapai 66,1%, tetapi masih lebih rendah dari peluang sebesar 79% pada pekan lalu.

Selain itu, sentimen dari tahun politik atau menjelang Pemilu 2024 yang hanya tinggal kurang dari sebulan lagi juga turut menopang saham-saham perbankan utamanya bank jumbo.

Hal ini karena perputaran uang beredar cenderung meningkat saat menjelang Pemilu, sehingga hal ini dapat menguntungkan perbankan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Saham Bank Raksasa Loyo, Gegara Dividen Mau Diatur OJK?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts