Jakarta, CNBC Indonesia – Saham emiten teknologi yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terpantau melesat pada perdagangan sesi I Selasa (29/8/2023), setelah direksi GOTO kembali memborong saham GOTO pada pekan lalu.
Per pukul 09:48 WIB, saham GOTO melonjak 4,47% ke posisi Rp 89/saham, bahkan saham GOTO sempat menyentuh level psikologis Rp 90/saham.
Dari orderbook, terpantau antrean beli kembali mendominasi dari antrean jual. Dari order bid atau beli, total antreannya mencapai 25 juta lot. Adapun antrean beli terbanyak berada di harga Rp 85/saham yang mencapai 4,2 juta lot atau sekitar Rp 35 miliar.
Sedangkan dari order offer atau jual, total antreannya mencapai 10 juta lot. Sementara untuk antrean jual terbanyak berada di harga Rp 90/saham, yang mencapai 2,04 juta atau sekitar Rp 18 miliar.
Saham GOTO 48 menit setelah sesi I dibuka sudah ditransaksikan sebanyak 11.980 kali dengan volume sebesar 2,19 miliar lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 191,73 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 105,41 triliun.
Melesatnya saham GOTO terjadi setelah direksi GOTO menambah kepemilikan sahamnya di perusahaan startup tersebut.
Pablo Malay menambah kepemilikannya sebanyak 15.250.000 lembar saham Seri A yang merupakan saham yang diperoleh melalui transaksi pasar reguler di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), transaksi pembelian tersebut dilakukan pada 25 Agustus 2023 pada saat harga saham GOTO di level Rp 85/saham.
Transaksi pembelian saham dilakukan untuk tujuan investasi pribadi dengan status kepemilikan saham dimiliki secara langsung dan terdaftar atas nama Pablo Malay.
Dengan demikian, kepemilikan Pablo di saham GOTO bertambah menjadi 21.039.132 Saham Seri A dari sebelumnya sebanyak 5.789.132.
Tak hanya Pablo, Direktur Utama GOTO, Patrick Walujo juga tercatat memborong 62,92 juta saham Seri A.
Dengan asumsi rata-rata transaksi pada harga Rp 90,22 per saham, Patrick diperkirakan merogoh kocek senilai Rp 5,68 miliar untuk menjadi pemilik 0,01% saham GOTO.
Patrick melakukan pembelian di pasar reguler pada periode perdagangan 21-23 Agustus 2023.
Adapun transaksi ini kali pertama Patrick secara langsung memiliki saham GOTO. Selama ini dia melakukan penyertaan modal melalui entitasnya yakni Northstar Group.
Dari kinerja keuangannya, GOTO membukukan perbaikan kinerja keuangan setelah mampu memangkas rugi bersih, baik secara kuartalan (3 bulan, kuartal 2) maupun semesteran (6 bulan) hingga Juni 2023.
Berdasarkan laporan keuangan publikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan keterangan resmi perseroan, Selasa pekan lalu, GOTO membukukan rugi bersih sebesar Rp 7,16 triliun di semester I-2023, susut hingga 48% dari periode yang sama tahun lalu rugi bersih Rp 13,65 trilliun.
Khusus di kuartal II-2023, rugi GOTO berkurang drastis hingga 56% menjadi rugi bersih Rp 3,31 triliun, dari periode kuartal II-2022 rugi bersih Rp 7,56 triliun.
Mengacu laporan keuangan tersebut, penurunan bottom line atau rugi bersih tersebut sejalan dengan kinerja top line atau pendapatan bersih yang melesat 102,35% menjadi Rp 6,88 triliun selama 6 bulan, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 3,40 triliun.
Secara kuartalan, pendapatan bersih GOTO sebesar Rp 3,55 triliun, tumbuh 87% dari kuartal 2-2022 senilai Rp 1,90 triliun.
Adapun selama 6 bulan ini, GOTO mencatatkan pendapatan bruto sebesar Rp 11,81 triliun, atau naik 10% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 10,74 triliun.
Jika dirinci, pendapatan bruto dari lini bisnis on-demand service melalui Gojek masih yang terbesar yakni Rp 5,87 triliun, naik 8% dari sebelumnya Rp 5,45 triliun. Disusul pendapatan e-commerce via Tokopedia sebesar Rp 4,48 triliun, naik 14% dari sebelumnya Rp 3,92 triliun.
Sumbangan dari dua bisnis unit lainnya diperoleh dari fintech lewat GoTo Financial dengan pendapatan bruto Rp 823 miliar, naik 13% dari sebelumnya Rp 728 miliar, dan logistik lewat GoTo Logistics sebesar Rp 1,14 triliun, naik 11% dari Rp 1,03 triliun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Sejarah, Menteri Investasi Ungkap Data Ini Untuk Pertama Kali
Sumber: www.cnbcindonesia.com