Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau koreksi cenderung tipis pada perdagangan sesi I Kamis (22/12/2022).
Per pukul 10:24 WIB, IHSG turun 0,14% ke posisi 6.811,03. Pergerakan indeks pada perdagangan sesi I hari ini cenderung berlawanan dengan bursa saham global yang terpantau cerah.
Beberapa saham menjadi pemberat indeks pada perdagangan sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat (laggard) IHSG hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga (%) |
Bayan Resources | BYAN | -10,54 | 17.925 | -2,85% |
Sinar Mas Multiartha | SMMA | -4,82 | 11.600 | -6,83% |
Bank Central Asia | BBCA | -3,90 | 8.600 | -0,86% |
Telkom Indonesia | TLKM | -2,44 | 3.770 | -0,53% |
Kalbe Farma | KLBF | -2,44 | 2.070 | -1,43% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | -2,00 | 88 | -1,12% |
Sumber: Refinitiv
Dari deretan bottom movers di atas, saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi pemberat (laggard) paling besar IHSG pada hari ini, yakni mencapai 10,54 indeks poin.
Dari deretan bottom movers di atas, saham milik konglomerat Low Tuck Kwong PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi pemberat (laggard) paling besar IHSG pada hari ini, yakni mencapai 10,54 indeks poin.
Padahal, saham BYAN kemarin sempat menjadi penopang IHSG. Bobot saham BYAN mencapai sekitar 20 poin terhadap IHSG sepanjang sesi I.
Sedangkan di posisi kedua, terdapat saham PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) yang juga memberatkan indeks hingga 4,82 indeks poin.
Terakhir, ada saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang turut membebani IHSG mencapai 2 indeks poin.
Investor cenderung wait and see jelang pengumuman kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI). BI diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada hari ini.
Hasil survei Reuters menunjukkan BI juga akan mengendur dengan menaikkan 25 basis poin (bp) menjadi 5,5%. Konsensus yang dihimpun Trading Economics pun sama.
Sedangkan menurut Konsensus yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia juga menunjukkan suku bunga akan dikerek 25 bp. Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, 12 lembaga/institusi memperkirakan hal tersebut, sementara dua lainnya melihat suku bunga akan dinaikkan 50 bp.
Bank Danamon dan Bahana Sekuritas menjadi dua institusi yang memproyeksi BI masih akan agresif dengan mengerek suku bunga acuan sebesar 50 bp menjadi 5,75%.
“Melandainya fase pengetatan The Fed membuat rupiah mengalami apresiasi, namun tingkat penguatan masih soft.Risiko tekanan terhadap rupiah masih cukup tinggi melihat potensi kenaikan FFR yang masih berlanjut dan rate differential suku bunga kebijakan domestik dan FFR sangat tipis,” tutur ekonom Bank Danamon, Irman Faiz, kepada CNBC Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
IHSG Ambrol Lagi, Saham-Saham Ini Jadi Biang Keroknya
(chd)
Sumber: www.cnbcindonesia.com