Saham Properti Loyo, Gegara Raksasa Properti China Bangkrut?

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas emiten properti terpantau melemah pada perdagangan sesi I Jumat (18/8/2023), di tengah kabar buruk yang menimpa properti di China, di mana raksasa properti China Evergrande resmi mengumumkan kebangkrutan.

Read More

Hingga pukul 11:30 WIB, dari 12 saham properti, sembilan saham terkoreksi dan tiga saham cenderung stagnan.

Berikut pergerakan saham properti pada perdagangan sesi I hari ini.
















Saham Kode Saham Harga Terakhir Perubahan
Intiland Development DILD 208 -2,80%
Summarecon Agung SMRA 660 -2,22%
Lippo Karawaci LPKR 104 -1,89%
Bumi Serpong Damai BSDE 1.140 -1,72%
Lippo Cikarang LPCK 1.015 -1,46%
Modernland Realty MDLN 85 -1,16%
Pakuwon Jati PWON 472 -0,84%
Surya Semesta Internusa SSIA 388 -0,51%
Ciputra Development CTRA 1.125 -0,44%
Agung Podomoro Land APLN 155 0,00%
Alam Sutera Realty ASRI 186 0,00%
Puradelta Lestari DMAS 175 0,00%

Sumber: RTI

Saham PT Intiland Development Tbk (DILD) memimpin koreksi saham properti pada sesi I hari ini, yakni ambruk 2,8% ke posisi Rp 208/saham.

Sementara itu, untuk saham PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), dan PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) cenderung stagnan di sesi I hari ini.

Koreksinya saham properti RI terjadi di tengah kabar buruk datang dari China, di mana raksasa properti China, Evergrande resmi mengumumkan kebangkrutan.

Hal ini terjadi setelah perusahaan itu mengalami gagal bayar (default) sebesar US$ 340 atau sebesar Rp 4.400 triliun pada tahun 2021 lalu.

Mengutip CNN International, Evergrande mengajukan perlindungan kebangkrutan Chapter 15, yang memungkinkan pengadilan AS untuk turun tangan ketika kasus kebangkrutan melibatkan negara lain.

Chapter 15 kebangkrutan dimaksudkan untuk membantu mempromosikan kerja sama antara pengadilan AS, debitur, dan pengadilan negara lain yang terlibat dalam proses kebangkrutan lintas batas.

Sektor properti China telah lama dilihat sebagai mesin pertumbuhan vital di ekonomi terbesar kedua di dunia dan menyumbang sebanyak 30% dari produk domestik bruto (PDB) negara tersebut. Tetapi, default Evergrande tahun 2021 mengirimkan gelombang kejutan melalui pasar properti China, merusak pemilik rumah dan sistem keuangan di negara itu.

Gagal bayar perusahaan terjadi setelah Beijing mulai menindak pinjaman berlebihan oleh pengembang dalam upaya untuk mengendalikan harga perumahan yang melonjak.

Evergrande sendiri adalah perusahaan besar dengan lebih dari 1.300 proyek real estate di lebih dari 280 kota di China. Perusahaan itu juga memiliki beberapa bisnis non-real estate, termasuk bisnis kendaraan listrik, bisnis perawatan kesehatan, dan bisnis taman hiburan.

Sejak keruntuhan Evergrande, beberapa pengembang besar lainnya di China, termasuk Kasia, Fantasia, dan Shimao Group, telah gagal membayar utang mereka.

Baru-baru ini, raksasa real estate China lainnya, yakni Country Garden, memperingatkan bahwa mereka akan “mempertimbangkan untuk mengadopsi berbagai langkah manajemen utang”.

Untuk diketahui, Evergrande sempat disinggung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Meski tidak menyebutkan nama perusahaan secara langsung, Presiden menyampaikan bahwa ada perusahaan properti China yang memiliki utang Rp 4.400 triliun.

“Kita tahu di RRT (China) ada perusahaan properti besar yang ambruk yang utangnya ngalahin APBN kita utangnya sampai Rp 4.400 triliun,” kata Jokowi di Grand Ballroom, Hotel Sheraton, Jakarta Selatan, Rabu awal Agustus lalu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Saham Properti Ramai-ramai Bergairah, Fenomena Apa?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts