Saham Teknologi Diproyeksi Bakal Jadi Market Leader Global

Jakarta, CNBC Indonesia – Kepala Investasi di Independent Advisor Alliance Chris Zaccarelli memproyeksikan saham-saham teknologi akan rebound dan menjadi pemimpin pasar. Hal ini seiring langkah bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang diharapkan mampu mengendalikan inflasi demi pemulihan ekonomi.

Read More

“Pada akhirnya, jika nantinya inflasi terkendali, [saham] teknologi berpeluang menjadi pemimpin pasar, tetapi The Fed masih mempertimbangkan kebijakan setidaknya selama enam hingga delapan bulan lagi,” kata Chris, dikutip Selasa (10/1/2023).

Mengacu pada data perdagangan, pembalikan arah saham teknologi dunia sudah mulai terlihat dari pergerakan dua indeks acuan di bursa saham AS, Wall Street (New York Stock Exchange dan Nasdaq) yakni Indeks S&P 500 dan Indeks Nasdaq 100.

Pada Senin pekan ini (9/1/2022), Indeks Nasdaq 100 ditutup di level 11.110, naik dari posisi 3 Januari sekitar 10.794 meskipun belum balik ke periode Agustus 2022 di level 13.500-an.

Sementara itu, kenaikan juga dialami Indeks S&P 500 yang melesat dalam 5 hari terakhir di level 3.900 di 9 Januari, dari posisi 3 Januari di level 3.804 kendati belum kembali ke level Agustus 4.300-an.

Manajer Portofolio di Hodges Capital Management di Dallas, Texas, Gary Bradshaw, mengatakan arah kebijakan bank sentral AS masih menjadi penggerak utama kinerja saham global.

Sebelumnya di awal tahun ini, bursa saham AS mulai optimistis dan naik seiring dengan spekulasi bahwa perlambatan pertumbuhan upah tenaga kerja AS akan memicu The Fed akan melonggarkan agresivitas. Dengan begitu The Fed diharapkan tidak menaikkan suku bunga.

Namun risalah rapat komite The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) soal kemungkinan badan ini masih akan bersikap hawkish (agresif) menaikkan suku bunga di 2023 guna memerangi inflasi hingga turun di bawah 2% membuat pasar khawatir.

Pekan pertama Januari ini sektor industri memang bangkit seiring data laporan ketenagakerjaan terbaru AS yang menunjukkan perlambatan dan kenaikan upah. Ini menjadi spekulasi bahwa The Fed akan segera menyelesaikan pengetatan kebijakannya.

Apalagi, teknologi menjadi sektor yang paling anjlok akibat kenaikan suku bunga The Fed, Indeks Nasdaq 100 pada pekan ini mulai mencatatkan kinerja terbaik sejak 30 November 2022.

“Bahkan kemajuan kecil valuasi teknologi akan berarti bagi bursa saham AS. Ini menjadi sentimen positif, tidak hanya untuk investor teknologi tapi juga bagi indeks S&P secara lebih luas,” kata Gary Bradshaw.

Kejelasan lebih lanjut soal The Fed ini akan dinantikan investor pekan ini. Selama ini, kenaikan suku bunga ialah cara The Fed menangani inflasi. Saat suku bunga naik, biaya pinjaman yang tinggi membuat orang menurunkan permintaan kredit sehingga diharapkan bisa menurunkan inflasi.

Saat ini, kapitalisasi pasar Indeks S&P 500 sudah berkurang 6,7% pada awal Desember, hingga Kamis (5/1). Kontributor terbesar koreksi ini disumbang dua raksasa teknologi, Apple Inc dan Tesla Inc, yang porsinya sepertiga dari penurunan itu.

Head-Products & Alternatives Axis AMC Ashwin Patni, mengatakan beberapa investor percaya bahwa kejatuhan saham teknologi global menjadi kesempatan menarik untuk dibeli di harga saat ini.

“Investor, jika sudah berinvestasi [di saham teknologi], bisa hold sampai menunggu pemulihan dan investor baru bisa mempertimbangkan untuk masuk menjadi peluang,” kata Ashwin Patni, dilansir Financial Express.

Di pasar modal Indonesia, IDXTECHNO yang berisi saham-saham teknologi di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini belum balik arah kendati peluang itu tetap terbuka. Sejumlah saham teknologi papan atas yang masuk indeks tersebut di antaranya PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Bukalapak Tbk (BUKA), dan PT Global Digital Niaga Tbk (BELI).

Pulihnya saham teknologi juga terlihat dari gerak saham GOTO sepekan lalu (2-6 Januari) yang berakhir di zona hijau sejalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik 0,46% ke 6.684,558, pada Jumat (6/1).

Saham GOTO saat itu melesat 3,26% di Rp 95/saham dan 9 hari terakhir melejit 46,66% dengan akumulasi beli investor. GOTO menjadi penyumbang kedua bagi IHSG (daily movers) setelah PT Bayan Resources Tbk (BYAN).

Equity analyst Samuel Sekuritas Indonesia, Muhammad Farras Farhan, dalam program talkshow Squawk Box, CNBC Indonesia (Kamis, 15/12/2022), menilai salah satu sektor yang akan terdampak positif dari tak agresifnya The Fed adalah sektor teknologi global. Namun bagi perusahaan teknologi lokal, potensi penurunan pendanaan 2023 masih menjadi tantangan lain.

Farras juga menyebutkan di 2023, fokus bisnis sektor teknologi akan lebih mengejar profitabilitas sehingga akan berdampak pada strategi bisnis.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Meneropong Kekuatan IHSG Jelang Pengumuman The Fed

(rah/rah)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts