Satu Anggota OPEC Hengkang, Harga Minyak Bergejolak


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah dunia cenderung menghijau pada awal perdagangan pagi hari ini, setelah terkoreksi kemarin karena Angola berencana keluar dari keanggotaan OPEC.

Pada pembukaan perdagangan hari ini Jumat (22/12/2023), tepatnya pukul 07:52 WIB, harga minyak mentah WTIdibuka naik tipis 0,01% ke posisiUS$ 73,9 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah Brent dibuka cenderung stagnan di posisi US$ 79 per barel.

Sedangkan pada perdagangan Kamis kemarin, harga minyak mentah WTI ditutup terkoreksi 0,44% di posisi US$73,89 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent ditutup turun 0,35% ke posisi US$79,42 per barel.

Harga minyak berakhir lebih rendah pada perdagangan Kamis setelah Angola mengatakan akan keluar dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), menimbulkan pertanyaan tentang upaya kelompok produsen untuk mendukung harga minyak dengan membatasi pasokan global.

Pada awal sesi, kedua benchmark tersebut turun lebih dari US$1 per barel setelah Angola mengatakan pihaknya berencana untuk meninggalkan grup tersebut.

Menteri Perminyakan Angola Diamantino Azevedo mengatakan keanggotaan negaranya di OPEC tidak memenuhi kepentingannya. Kelompok produsen yang dipimpin Arab Saudi dalam beberapa bulan terakhir telah menggalang dukungan untuk memperdalam pengurangan produksi dan meningkatkan harga minyak.

“Sepertinya OPEC kalah dalam upaya menjaga harga tetap tinggi,” ujar Matt Smith dari perusahaan pelacakan pengiriman Kpler, seraya mencatat bahwa produsen non-OPEC seperti AS telah mengambil tindakan untuk mengisi kesenjangan pasokan.

Adapun Angola memproduksi sekitar 1,1 juta barel per hari (bpd), dibandingkan dengan 28 juta barel per hari untuk seluruh kelompok.

Keluarnya negara tersebut menimbulkan pertanyaan tentang kohesi dan arah OPEC, meskipun Angola adalah salah satu produsen terkecil dan kepergiannya mungkin memiliki dampak terbatas pada pasokan global.

Pada pertemuan di bulan November, Angola memprotes keputusan OPEC yang memotong kuota produksinya pada tahun 2024 untuk membantu menopang harga minyak.

Sementara, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan produksi minyak mentah AS naik ke rekor 13,3 juta barel per hari (bph) pada pekan lalu, naik dari rekor tertinggi sepanjang masa sebelumnya sebesar 13,2 juta barel per hari.

“AS siap untuk meningkatkan produksi di Permian Basin dan di seluruh negeri,” ujar Tim Snyder, ekonom di Matador Economics di Dallas.

Di sisi lain, serangan yang dilakukan kelompok militan Houthi Yaman baru-baru ini untuk mendukung warga Palestina terhadap kapal-kapal yang menuju pelabuhan Israel telah memaksa kapal-kapal induk utama untuk menghindari Laut Merah, sehingga menyebabkan gangguan perdagangan global.

“Dengan banyaknya minyak mentah AS yang dilaporkan dalam jumlah besar, kita hanya bisa berasumsi bahwa pasar masih gelisah sehubungan dengan pengalihan pasokan atau bahkan jeda yang disebabkan oleh serangan Houthi terhadap pengiriman,” ujar analis PVM John Evans.

Konflik antara Israel dan Hamas meningkat pada hari Kamis di tengah pembicaraan gencatan senjata.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Persekongkolan Arab Saudi & Rusia Bikin Minyak Kembali Ngegas

(saw/saw)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts