Sejarah Bicara! 5 Kali Pemilu IHSG Pesta Pora, Cek Datanya

Jakarta, CNBC Indonesia – Pesta demokrasi sudah di depan mata. Pelaku pasar tentunya mengamati setiap peristiwa penting ketika memasuki tahun politik menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang. Lantas bagaimana pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara historis menjelang pemilu?

Read More

Melihat sejarahnya, kinerja IHSG cenderung mencatatkan kinerja positif selama gelaran pemilu beberapa edisi terakhir. Namun tetap saja, kondisi wait and see mewarnai pasar saham.

Pemilu Tahun 2004

Pemilu 2004 adalah menjadi pemilu pertama kali yang memungkinkan rakyat memilih langsung wakil mereka untuk duduk di DPR, DPD, dan DPRD serta memilih langsung presiden dan wakil presiden. Pemilu 2004 diselenggarakan secara serentak pada tanggal 5 April 2004 untuk memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD se-Indonesia periode 2004-2009.

Pada periode ini, IHSG sempat mengalami volatilitas menjelang Pileg dan Pilpres putaran pertama pada 2004. Faktor kekhawatiran terhadap Pilpres menjadi salah satu penyebab kinerja ekonomi kurang baik, tetapi pasca Pemilu IHSG tetap naik.



Jika dilihat sejak perdagangan sebelum pemilihan umum di tarik dari 2 Januari 2004 hingga perdagangan pasca pelantikan Presiden terpilih IHSG sudah melesat 19,34%.

Pemilu Tahun 2009

Pemilihan umum tahun 2009 juga bergerak sesuai dengan sentimennya. Dua hari sebelum pemilu legislatif para investor melakukan aksi profit taking sehingga IHSG sempat turun. Namun melihat trennya pada grafik IHSG kembali naik dan bergerak relatif stabil usai penetapan presiden dan wakilnya yang baru.



Pemilu Tahun 2014

Pemilu tahun 2014 memberikan respon pasar yang berbeda dibandingkan pemilu dua periode sebelumnya. Pada pemilu periode ini IHSG awalnya mampu bertahan dalam zona hijau sebelum adanya peristiwa pileg 2014 namun sayangnya kembali bergerak terkoreksi sehari setelahnya.



Untuk diketahui, pasca Jokowi diumumkan menjadi calon presiden pada 14 Maret 2014 telah terjadi inflow dana asing ke pasar saham sebesar Rp 4,3 triliun dalam tiga hari terakhir perdagangan bursa.

Faktanya, bahwa dari dua pemilu terakhir, terjadi rally panjang kenaikan IHSG yang berlangsung selama 2 hingga 2,5 tahun dari sejak awal tahun pemilu. Rata-rata kenaikan IHSG dalam dua pemilu terakhir mencapai sekitar 150%, dari sejak awal tahun pemilu hingga ke level kenaikan tertingginya yang dicapai dalam rentang waktu 2 hingga 2,5 tahun.

Pemilu Tahun 2019

Tak bisa dipungkiri bahwa Pemilu 2019 menjadi yang paling sulit dan panas. Bahkan disebut jika Pemilu 2019 adalah pesta demokrasi terbesar di dunia. Bagaimana dengan pergerakan IHSG?

Menjelang dua pekan sebelum pemilihan presiden, perdagangan mingguan bursa dari tanggal 25 Maret 2019 sampai 29 Maret 2019 tercatat melambat.

Melihat perlambatan ini sebagai sesuatu yang lumrah. Hal ini terjadi sebagai akibat dari kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang masih abu-abu hingga 17 April 2019. Saat itu, pasar masih melihat semua hal, termasuk regulasi dan aturan terkait ekonomi yang tidak akanfixpasca pemilu dihelat. Lihat saja, setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan pemenang IHSG langsung merangkak naik.



Rabu, 17 April 2019, Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menetapkan diselenggarakannya Pemilihan Umum (Pemilu) serentak untuk pertama kalinya. Pemilu itu diikutsertakan bagi Calon Presiden dan Wakil Presiden serta Calon Anggota Legislatif (Caleg) tingkat DPRD kota/kabupaten, DPRD Provinsi, dan DPR RI. Sehari setelah pemilihan IHSG langsung naik 0,4% ke posisi 6.507,22. Hingga pertengahan Mei pergerakan cukup volatil.

Sayangnya, sejak 13 Mei IHSG mulai mencatatkan kinerja buruk dengan penurunan lima hari beruntun sejak perdagangan 13-17 Mei 2019. Ini dipicu oleh saat proses hingga disahkan-nya pemenang dari salah satu kandidat Pemilu 2019 menyisakan banyak polemik.

Pada 21-22 Mei 2019 lalu terjadi aksi demo di depan Gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Thamrin, Jakarta Pusat. Aksi tersebut mengungkapkan kekecewaan pendukung Prabowo-Sandi selepas pengumuman hasil Pemilu 2019 oleh KPU. Awalnya berjalan dengan kondusif dan berakhir ricuh. Bentrokan terjadi antara aparat kepolisian dengan sejumlah massa yang diduga oknum perusuh.

Selanjutnya, pada 27 Juni 2019 Mahkamah Konstitusi menolak seluruh gugatan hasil Pilpres 2019 yang diajukan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.KPU menetapkan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin, sebagai capres-cawapres terpilih. Ketetapan dalam sidang pleno pada Minggu 30 Juni 2019 sekaligus mengakhiri tahapan Pilpres 2019.

Dengan penetapan itu, Jokowi-Ma’ruf selanjutnya dilantik sebagai presiden dan wakil presiden periode tahun 2019-2024 pada bulan 20 Oktober 2019.

Pelaku pasar melihat ada beberapa sektor seperti konstruksi, infrastruktur, perbankan hingga tambang berpotensi kecipratan berkah kemenangan pasangan nomor urut 01 tersebut. Kondisi tersebut tentu tak lepas dari potensi Joko Widodo melanjutkan kebijakan ekonomi hingga proyek-proyek infrastruktur yang sepanjang 4,5 tahun ini menjadi prioritas kepemimpinannya.

Maka dengan serangkaian peristiwa pemilu di tahun politik, jika dilihat sejak 3 Desember 2018 hingga perdagangan setelah penetapan presiden dan wakil presiden tanggal 31 Oktober IHSG terpantau menguat 4,45%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


Artikel Selanjutnya


Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

(aum/aum)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts